Mawar merah dalam keranda
Kerjaanku selain berak dan kencing adalah makan dan berfikir. Aku banyak berfikir soal kemungkinan-kemungkinan. Rupanya terlalu banyak berpikir adalah gejala tak terelakan bagi mereka yang memiliki persoalan kecemasan. Aku juga berfikir soal doa-doa. Aku pernah kecewa dengan doa-doa. Merapal doa apapun, sebanyak apapun, bagaimanapun caranya, tak akan berguna untuk membuat ayah terjaga. Saat petinya tiba di jakarta, aku merapal doa, tak juga berandai-andai pada kemungkinan bertemu lebih awal, saat hangat masih ada. Kucium keningnya, dingin. Subuh itu aku terjaga, meronta. Siang sebelumnya aku telepon ibu. Saat itu aku mengatakan dengan bimbang akan segera pulang, tapi ibu bilang ayah membaik. Ayah sudah bisa berjalan-jalan keliling komplek perumahan, bahkan ikut mencoblos pada pemilu kali itu. Dia juga minta diajak ke tukang cukur. Ayah begitu taat pada negara. Bahkan pada hari akhir, hal terakhir yang dilakukan adalah menggunakan hak pilih dalam Pemilu. Dan aku, sebagai an