Posts

Showing posts from September, 2018

Capek bekerja pilih menikah

Dalam perjalanan kereta menuju Batang, Jawa Tengah, saya yang lajang, lelah bekerja, tapi juga nggak pernah kaya, sempat berfikir, “duh, kalau saya sudah menikah dan punya anak, mungkin nggak akan disuruh keluar kota melulu.” Menurut ilmuwan sosial Bella DePaulo pekerja lajang memang paling banyak diberi beban kerja, distrereotipikalkan, distigma, dan diabaikan. Sementara, pekerja yang sudah berkeluarga lebih sering didengar aspirasinya, terutama dalam hal lembur, bekerja luar kota, dan bekerja pada hari libur. Lelah deh. Ini adalah bentuk diskriminasi baru di tempat kerja, diskriminasi terhadap lajang. Pekerja lajang sering kali dianggap memiliki lebih banyak waktu luang, dan tidak memiliki beban finansial. Sebab itu pekerja lajang menjadi favorit untuk diberi pekerjaan tambahan, ataupun untuk diberi upah lebih kecil. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh OECD menunjukan bahwa pekerja yang sudah berkeluarga dengan dua anak memiliki pendapatan lebih tinggi dari lajang.

Laki-laki, kontrasepsi, dan aborsi

Seorang anak perempuan, diperkosa, lalu hamil, kemudian dipenjara karena menghentikan kehamilannya. Meski hakim memutuskan dia tidak bersalah, jaksa justru mengajukan kasasi agar si anak dipenjara dengan tuduhan penghilangan nyawa. Agar dapat menghilangkan aborsi, fokus utama kita harus bergeser dari menghukum pelaku, menjadi menghindari kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan. Dengan demikian, penghentian kehamilan, alias aborsi, tidak perlu terjadi sama sekali. Kehamilan yang tidak diinginkan dan tidak direncanakan bukan melulu perkara remaja. Saya tidak dapat menemukan data terbaru di Indonesia, tetapi data 10 tahun lalu, 70% aborsi dilakukan dalam perkawinan, 30% dilakukan di luar perkawinan, dari 30% itu, 21% dilakukan oleh remaja. Menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan tidak bisa hanya berfokus pada perempuan. Perempuan tidak bisa hamil tanpa ada sperma yang masuk ke dalam sel telur. Sebab itu, laki-laki juga sudah semestinya bertanggung jawab