Posts

Showing posts from August, 2017

First Travel dan betapa seksisnya media kita

Image
Andika dan Anniesa Sumber: Kompas Sudah lihat foto bibir Annisa Hasibuan bertabur kristal Swarovski? Atau fotonya yang menggunakan jubah putih bulu-bulu di tengah salju? Atau mungkin Anniesa sedang berpose manjah di pepohonan musim gugur? Foto Anniesa bercadar? Juga bahkan foto Anniesa tanpa make up dalam bui? Sudah tahu apa merek tas dan harga busana yang dikenakan Anniesa? Berapa biaya perawatan wajahnya dan make up apa yang digunakannya? Media kita memang sangat kreatif ketika harus mengelaborasi dan mengomentari kehidupan perempuan. Entah perempuan ini tersangka kriminal, atau seorang menteri sekalipun. Berita soal tato dan rambut baru Menteri Susi pada suatu kala melebihi berita tentang kebijakannya dan pencapaiannya dalam melindungi nelayan lokal. Pernah juga baca berita tentang jam tangan merah punya Menteri Sri Mulyani dan betapa sederhana baju batik yang dikenakannya? Atau cat rambut mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia Miranda Goeltom? Sementara itu, apa kita

orang tua Indonesia lebih suka liat anaknya kawin dari pada bahagia

Image
Belakangan, banyak betul bergelimpangan tulisan yang makin memperbesar jurang anak muda dan orang tua. Si anak muda bilang: orang tua di Indonesia itu cuma pengen liat anaknya kawin, ga pengen lihat anaknya bahagia. Si orang tua bilang: anak zaman sekarang sok tahu dan susah dibilangan. Kemudian masing-masing menghabiskan waktu untuk saling berasumsi tentang yang lainnya. Dua pekan lalu saya dan Ibu membicarakan salah satu artikel yang membahas hal ini. Kata Ibu: “Setiap orang tua pasti ingin anaknya bahagia!” Dia sering kali berkata: "Mama sih yang penting teteh seneng," ketika saya meminta pendapat. Padahal di sisi lain Ibu juga tidak bahagia atas keputusan saya hanya menikah di city hall saja. Dia tetap ingin kami menikah dengan cara yang menurut dia lebih benar dan memenuhi ekspektasi masyarakat. Yungalah, lagi-lagi urusan ekspektasi masyarakat kan. Mungkin sampai invasi mahluk luar angkasa ke Indonesia pun, pola pandang kami tetep nggak akan ketemu. Saya tahu kami a

Tanggapan untuk Tanggapan Mahasiwa Plesir*

Dear Mas Farchan, maaf kalau saya tuman, berani-beraninya memberi tanggapan untuk tanggapan. Siapalah saya, boro-boro jadi pejabat eselon IV, selesai sekolah bisa dapat pekerjaan atau tidak saja hati ini masih kejet-kejet. Malam kemarin, saya baru selesai cuci piring dan bersiap tidur, ketika seorang teman mengirimkan tautan menuju tulisan Mas Farchan. Sungguhpun saya kira tulisan tersebut sarkasme semata karena saya nda pernah kepikiran bahwa orang bisa senyinyir itu. Habis membaca, saya cuma ketawa-ketawa dan langsung tidur. Adem ayem saja. Keesokan paginya, ramai betul rupanya perbincangan tentang tulisan Mas Farchan. Sebetulnya, saya tak menyalahkan penulis juga, sih. Bagi mereka yang belum pernah sekolah master, apalagi kalau pas sekolah sarjananya santai, pasti akan menganggap sekolah ke luar negeri itu: eat, travel, selfies, repeat. Apalagi kalau stalking instagram temen-temen yang sedang bersekolah, pas sudah itu eat, travel, selfies, repeat. Padahal, yang nggak kelia