Posts

Showing posts from July, 2017

Mengapa Perppu Pembubaran Ormas tidak perlu

Akhir 2014 lalu, banyak organisasi masyarakat, termasuk Muhammadiyah, menggugat keberadaan UU Ormas. Gugatan tersebut dikabulkan sebagian, sebagaimana dibacakan Ketua MK Hamdan Zoelva, katanya negara tidak boleh membelenggu kebebasan masyarakat dalam mengatur urusan organisasinya yang menjadi wilayah otonomi masyarakat. Hampir tiga tahun berlalu, ternyata pemerintah belum puas juga. Pekan ini Jokowi baru saja menandatangani Perppu No 2/ 2017, atau yang dikenal dengan Perppu pembubaran Ormas. Perppu ini muncul menggantikan UU No 17/ 2013 yang kalah dalam gugatan tersebut. Padahal, dari pada ditambal sulam menjadi Perppu (setelah sebelumnya ditambal-sulam berulang kali), UU Ormas ini baiknya dihapus saja, karena isinya tumpang tindih dengan banyak peraturan lain. Koalisi Kebebasan Berserikat (KKB) yang juga menang dalam gugatan Judicial Review terhadap UU Ormas pernah melakukan analisa terhadap UU tersebut dan menemukan bahwa: 6 pasal sudah diatur dalam UU tindak pidana teroris

wartawan pria kulit putih dan perempuan kulit berwarna

Pada akhir musim semi (atau mungkin awal musim panas) tahun ini, saya mengikuti liputan investigasi seorang wartawan penerima Pulitzer. Seorang kulit putih, tinggi besar, berusia matang, berkewarganegaraan Amerika. Tak hanya buku, bahkan katanya karya tulisnya pernah juga difilmkan. Perjalananan selama seminggu di kapal patroli pulau-pulau terluar milik kementerian, lalu di kapal nelayan sewaan untuk menginvestigasi kapal karam dari Perang Dunia Kedua, berjalan terbilang lancar. Saya yakin, salah satu yang membuat lancar adalah karena si wartawan ciamik penerima Pulitzer ini adalah kulit putih, dan pria. Kalau dia perempuan, akan lain cerita. Misalnya saja, saat kami harus mewawancara puluhan mantan pelaut yang terugikan oleh sebuah perusahaan pelayaran asal Korea. Dia memberi perintah yang sangat detil kepada beberapa orang yang dia hire untuk membantu proses wawancara puluhan mantan pelaut. Sangat detil sampai ke bagaimana jenis jawaban yang dia cari, dan apa yang dia harapkan a

Teman Perempuan

Saya tumbuh besar tanpa punya teman dekat karena domisili selalu berpindah-pindah setiap 5 tahun. Saya tidak pernah punya teman yang, misalnya, sudah 20 tahun berteman baik. Yah, paling-paling saya cuma punya satu teman yang saya kenal sejak TK kecil, itu pun tak terlalu dekat, dan teman yang saya kenal sejak kelas 6 SD. Namun, tak satupun yang dekat-dekat amat sampai saya bisa ceritakan urusan percintaan, atau karir ke mereka. Saya tak pernah memikirkan urusan pertemanan ini sebelumnya, sampai pekan lalu ketika sahabatnya Giles berkunjung dan membicarakan soal best man. Katanya, dia kecewa kami tak melakukan upacara pernikahan, karena dia ingin sekali berpidato di pernikahan Giles. Lalu saya pikir, siapa yang kira-kira akan saya pilih untuk berpidato kalau kami memutuskan untuk mengadakan acara pernikahan? Ketika saya bilang saya tak memikirkan urusan pertemanan, bukan berarti saya pikir teman itu tidak penting. Sebelumnya, saya hanya tak pandai saja menjaga hubungan pertemanan ja