Pilih-pilih sekolah
Saya menulis artikel ini karena beberapa waktu lalu ada calon mahasiswa yang bingung mau pilih antara beasiswa untuk ke Yale, atau beasiswa dari USAID. Lama betul dia bolak-balik, maju mundur, tak juga yakin atas satu atau lainnya.
Saat dia bolak balik curhat, pertanyaan pertama saya saat itu cuma satu dan tak berubah-ubah, "Kamu pengen sekolah di Yale karena sudah cocok dengan kurikulum, professor, mata kuliah, tujuan hidup, dan kotanya, atau cuma karena keren aja gitu kalau kuliah di Yale?"
Saat dia bolak balik curhat, pertanyaan pertama saya saat itu cuma satu dan tak berubah-ubah, "Kamu pengen sekolah di Yale karena sudah cocok dengan kurikulum, professor, mata kuliah, tujuan hidup, dan kotanya, atau cuma karena keren aja gitu kalau kuliah di Yale?"
Banyak calon mahasiswa yang silau dengan nama besar. Sebut saja Yale dan Harvard, orang pasti langsung terperangah. Padahal bahaya betul kalau pilih sekolah cuma karena nama besar atau ranking. Ranking dan nama besar tidaklah penting, yang paling penting apakah kamu cocok dengan kurikulum, atmosfir kampus, dan kehidupan sosial di kota yang akan dituju. Karena sekolah S2 di Amerika bisa brutal, dan kenyamanan adalah nomor satu. Setidaknya menurut saya.
Saya mendapat LoA (Letter of Acceptance) dari empat kampus di Amerika Serikat. Satu kampus adalah kampus yang saya inginkan, dan tiga lainnya pilihan dari pemberi beasiswa (kami diberi kesempatan mengajukan empat kampus, namun dari seluruh kampus yang saya ajukan, cuma satu yang disetujui). Kenapa saya memilih kampus ini, alasan generalnya karena kurikulum, tiga kampus lain meski sama-sama Komunikasi Lingkungan, tetapi berada di bawah Sekolah Komunikasi, kampus saya saat ini di bawah Sekolah Lingkungan. Namun, selain kurikulum, banyak betul hal-hal penting yang jarang dibahas di artikel-artikel soal kuliah di luar negeri.
Hal pertama yang sering dilihat orang adalah nama besar dan ranking, selain itu, tentu juga penting untuk mencari tahu soal professor dan hal-hal lain terkait akademik. Kalau kamu niat mencari sekolah, pekerjaan rumah macam ini pasti sudah dipenuhi. Namun, apalagi hal-hal penting di luar ranking, dan urusan akademik lain yang sering terlupa saat pilih-pilih kampus?
Atmosfir kampus
Saat mencari-cari kampus, jangan untuk membaca review di internet tentang kampus tersebut. dari review-review di internet, saya memahami kenapa saya memilih kampus ini dan tidak kampus lain (misalnya karena kampus lain sangat akademis dan riset, dan tidak fokus pada aplikasi seperti kampus saya saat ini). Juga apakah kampusmu sangat kompetitif dan memiliki atmosfir yang saling sikut-sikutan, atau saling bahu-membahu.
Saya bukan orang yang kompetitif dan tidak merasa harus berkompetisi dengan orang lain. Satu-satunya kompetisi yang paling penting dalam hidup saya adalah dengan diri sendiri.
Pada hari pertama penerimaan mahasiswa baru, provost di kampus berkata: "you are here because you are amazing, but remember that you are just a human, please remember to take care of yourself. Graduate life is going to be hard, there will always be a time when you are full of doubt and think that it was a mistake that you are chosen to be in this school. Remember, we don't make mistake in choosing our scholars, when the doubt come, take a rest, take care of ourselves. There is no need to compete, we have enough master degree for everyone. Help each other, and take care of yourself."
Ucapan tersebut sangat cocok dengan filosofi dan kepercayaan saya, sebab itu saya senang-senang saja bersekolah di sini. Namun, bagi mereka yang kompetitif dan sukanya bersaing dengan teman sekolah, mungkin mereka akan sengsara di kampus macam ini.
Kota
Seorang teman kampus menolak LoA dari Yale dan memilih bersekolah di kampus yang sama dengan saya lantaran alasan sederhana: ogah tinggal di New Heaven. Iya, kota adalah variabel penting saat memilih sekolah.
Lama betul saya googling soal kota-kota yang akan jadi tempat tinggal dua tahun ke depan. Tidak cuma lihat pendapatan per kapita, inflasi, serta fasilitas umum (transportasi umum, taman, rumah sakit) di kota tersebut, tetapi juga kehidupan sosial. Misalnya, saya langsung menolak salah satu dari empat kota tersebut lantaran Bloomberg menyebutnya sebagai "the best city to raise small family with kid", untuk orang yang tadinya tinggal di kota dengan 20 juta jiwa, penjelasan tersebut seolah berkata: kota ini membosankan kalau kamu perempuan muda yang suka main sana-sini. Banyak hal yang harus kamu pastikan dari sebuah kota, misalnya apakah dia berada di bible belt, yang artinya akan sangat konservatif, ataukah dia super hipster dan liberal. Juga pastikan apakah kota calon tempat tinggal termasuk dalam kategori food desert, kalau iya, bagaimana cara mengatasinya, apakah kamu akan memiliki kendaraan pribadi, ataukah kampusmu menyediakan kartu akses agar dapat menggunakan transportasi umum gratis.
Rata-rata usia mahasiswa
Kampus yang saya pilih memiliki rerata usia mahasiswa 25 tahun, artinya kebanyakan mahasiswanya telah bekerja setidaknya 1 tahun sebelum kembali ke sekolah. Ini adalah usia ideal bagi saya karena berada di sekitar teman-teman yang terpaut jauh usianya bisa jadi fokus pembicaraan sangat berbeda, dan fase kehidupan juga sangat berbeda.
Fokus sekolah/ departemen/ kampus
Apakah kampus yang kamu tuju terkenal sebagai pencetak pebisnis handal, atau ahli politik? Apakah kampus tersebut 'dekat' dengan wall street, atau dekat dengan aktivisme? Penting untuk mengetahui orientasi kampus karena ini akan terkait dengan minatmu. Misalnya saja, kampus saya saat ini terkenal sangat kuat dan sebagai salah satu pelopor Keadilan Lingkungan, hal ini akan cocok bagi saya yang memiliki latar belakang aktivisme karena orientasi kampus juga akan tercermin dalam pilihan mata kuliah.
Fasilitas kampus
Selama di Jakarta, saya selalu menghabiskan waktu 2-3 jam sehari, 4-5 kali dalam seminggu untuk berolah raga. Sebab itu, fasilitas gym dan running track di kampus sangat penting. Kampus saya memiliki tiga gym, dan kelas-kelas group exercise. Selain itu kampus juga memiliki fasilitas untuk mengantar mahasiswa yang terpaksa harus pulang malam, namun khawatir terhadap keamanan. Jadi, pastikan apa minat ekstrakulikuler dan kenyamanan kamu, dan apakah kampus memfasilitasi hal tersebut.
Budaya dan keragaman
Berapa banyak mahasiswa internasional di kampus yang kamu tuju? Seberapa terbuka penduduk lokal terhadap budaya baru? Hal ini sangat penting karena kamu akan berada di tempat yang sama sekali baru, dan memiliki teman yang seragam, tidak ramah, dan tidak toleran tidak akan membantu. Pastikan mereka memiliki keragaman yang baik, serta tidak white supermacist.
Ketahui apa yang kamu mau(!!!)
Last but not least, know what is important to you, do not compromise for what is essential for your life. Set your priority right because you will not just be a student, you will be a person, and being a person is even harder. As my provost say, you are amazing, but you are just a human. A burned out human, will not be able to do things right. Be a fully human, don't go to a place that makes you less human.
Baca juga:
Baca juga:
Luar biasa preparationya mbk riknov ni... 😲
ReplyDeleteLuar biasa preparationya mbk riknov ni... 😲
ReplyDeleteWah, berguna banget ni masukan untuk pertimbangannya :)
ReplyDelete