jadi vegetarian nggak sehat, lemes dan kurang protein!

Teman rumah sudah tiga tahun belakangan menjadi vegetarian, dan saya sudah delapan tahun, dengan periode cabutan pada dua-tiga tahun pertama. Selama tiga dan delapan tahun itu pula kami sering mendapat komentar nyinyir soal menjadi vegetarian. Inti dari obrolan itu saya tuliskan di sini sebagai sembilan hal yang paling sering kami dengar selama menjadi vegetarian:

1.     Terus kamu makan apa dong?
Well, FYI, makanan Indonesia itu banyak banget yang vegetarian, tempe tahu di pecel lele juga vegetarian, makan gudeg pake tempe-tahu bacem juga vegetarian, terong balado pake sayur daun ubi di rumah makan padang juga vegetarian.

2.     Kalo makan sayur doang, dapat protein dari mana?
Duh… sejak kapan protein nggak ada di tumbuh tumbuhan? Tahu, tempe, chickpea, bayam, semuanya mengandung protein. Bahkan brokoli mengandung protein lebih banyak dari pada daging merah.  Kalau instruktur gym kamu bilang protein nabati nggak sebanyak protein hewani, suruh desye belajar lagi, chyyynt.

3.     Emangnya nggak lemes yah?
Ummm, saya jadi vegetarian hampir sembilan tahun dan masih kuat ikut body pump, body combat dan yoga berturut-turut. Biasanya badan berasa tidak bertenaga kalau asupan gizi tidak seimbang, jadi yang bisa lemes bukan cuma yang vegetarian, dan yang vegetarian nggak berarti bakal lemes kalau memang makannya bener. Makannya nggak bergizi kali kalo lemes mah.

Jadi omnivora juga bisa nggak sehat. Semua jenis diet bisa bikin kamu nggak sehat kalau makannya nggak dengan nutrisi yang seimbang. Emangnya makan daging sapi tujuh hari berturut-turut tanpa nutrisi seimbang dari sayur, buah, dan lain-lain juga sehat?

5.     Vegetarian nggak bisa punya otot, atau sixpack soalnya nggak makan protein.
Saya nda mau komentar banyak, sila klik di sini buat liat mas dan mbak vegan berotot.

6.     Emang nggak bosen makan sayur doang?
Emang nggak bosen makan ayam setiap hari? Nggak karena ayamnya dimasak dengan cara beda-beda kan? Ini soal kreatifitas doang sih. Buktinya, semua foto hasil masakan ini adalah vegetarian dan home made, alias kami bikin sendiri. Setiap hari kami membuat makan malam sendiri dan selama dua bulan terakhir belum menggunakan resep yang sama dua kali.

tempe bakar maple syrup dengan bayam
bihun dengan marinated terong
steak tempe dengan jamur
zucchini pasta
stir fry ramen dengan tahu, brokoli, dan jeruk


7.     Emang nggak kangen makan daging?
Sebetulnya rasa kangen makan daging kan cuma karena kebiasaan aja, terbiasa makan daging, jadi punya memori soal rasa daging. Lama-lama juga nggak masalah lagi. Lagian kalo kangen ada daging boong-boongan.

8.     Lah, kalo vegetarian kenapa makan daging boongan?
Lah, jadi vegetarian kan bukan cuma karena nda suka makan daging. Ada yang jadi vegetarian karena alasan sustainability, misalnya karena kalau makan daging emisi yang dikeluarkan jauh lebih besar dari pada kalau makan sayuran. Sah-sah aja dong kalau pengen makan rendang kaki jamur yang rasanya kayak daging sapi beneran.

Ya bebas sih. Diet adalah pilihan personal, dan vegetarian juga banyak jenis dan alasannya. Kalau memang ada yang masih makan ikan sekali-sekali dan itu nggak ngerugiin kamu, kenapa kudu nyinyir? Lagi pula, untuk mereka yang menjadi vegetarian karena alasan lingkungan (misal mengurangi penggunaan energi dan emisi gas buang), maka makan ikan di Larantuka, Flores, tentunya akan lebih sustainable dari pada makan bayam karena bayam harus impor dari daerah lain.

Jadi begitulah curhat dua mahasiswa vegetarian. Kami tidak pernah kampanye vegetarianisme, karena kami percaya diet adalah pilihan paling personal, nggak ada yang berhak ngatur-ngatur kamu harus makan apa. Semua diet yang dilakukan dengan sadar (consciously) adalah yang paling tepat buat orang tersebut, karena cuma kita yang tahu apa yang dibutuhkan tubuh. Kalau memang nyaman makan daging, ya makan daging, kalau nyaman makan sayur, ya makan sayur. Nda ada satu pun yang lebih betul dari lainnya. Juga nda ada satu pun yang berhak menilai-nilai dan merasa lebih oke dari lainnya. 

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi

Addressing Climate Crisis with Ummah