Tubuh saya tidak salah
Kekerasan seksual pertama yang saya hadapi adalah 18 tahun
yang lalu, saat berusia 11 tahun, dan sedang mengenakan seragam putih-merah.
Pagi hari saat berangkat sekolah, seorang laki-laki berlari mendekat, dan meremas
payudara saya. Kejadian ini berulang, dan saat melapor kepada Ibu Guru,
dia mengatakan: sudah, tidak usah terlalu dipikirkan.
Saya diajarkan untuk diam.
Kekerasan seksual kedua, sekitar 2 tahun kemudian. Saya baru
pulang sekolah, mengenakan seragam putih-biru yang kebesaran, dan berkerudung.
Seorang kernet bis kota meraba payudara saya saat saya hendak menyeberang
jalan. Saya marah, tapi teman berkata: jangan bereaksi berlebihan.
Saya diminta untuk menerima.
Pada masa sekolah menengah atas dan perkuliahan, payudara sering
dijadikan candaan. Kata mereka payudara saya terlalu menonjol, dan seronok.
Kata mereka saya harus memakai baju yang tidak menonjolkan payudara. Kata
mereka saya terlalu mengumbar dan mengundang.
Saya diajarkan bahwa kesalahan ada pada payudara.
Bertahun-tahun saya tidak menyukai si payudara. Saya benci
karena dia membuat saya seperti ‘perempuan nggak bener’--meminjam istilah
teman-teman. Saya benci karena payudara mengundang hal-hal yang tidak saya
inginkan. Saya benci saat payudara menjadi sumber siul-siulan di pinggir jalan.
Saya benci payudara saya.
Saya diajarkan untuk membenci tubuh.
Tubuh saya berubah, dari tubuh 11 tahun, 18 tahun, 23 tahun,
hingga sekarang 28 tahun. Tubuh berubah, pikiran tidak. Masyarakat masih ingin
saya untuk diam, menerima, dan membenci tubuh. Masyarakat tidak berubah,
pikiran masyarakat tidak berubah, meski tubuh berubah menjadi tua, kering, dan peyot.
Masyarakat tidak berubah, karena semuda apapun, dan sepeyot apapun, tubuh
perempuan yang salah. Saya yang salah.
Tapi saya berubah, dan tubuh saya tidak salah.
Rika, anda hebat sekali. Berani menceritakan sesuatu yang sangat traumatic dengan gamblang dan jujur. Dan apa yang anda lakukan ini bagian dari proses penyembuhan diri.
ReplyDeleteTidak semua orang berani bersikap seperti anda, karena itu diperlukan pemahaman dan keberanian yang besar untuk menjadi "truthful and authentic". Hanya dengan melakukan kedua hal tsb lah kita akhirnya bisa menjadi manusia yang utuh ( whole and complete).
Semoga tulisan anda ini dibaca dan menginspirasi banyak orang diluar sana untuk melakukan hal yang benar terhadap diri mereka sendiri. Semoga Allah SWT melindungi Dan membimbing anda dalam setiap langkah. Aamiin yra .
terima kasih banyak, lita. it's hard, but to know that there are women who experienced worst, and there are women who are willing to support us, it makes me grow stronger. *peluk*
DeleteRika.. Aku suka tulisan-tulisan dan pemikiran kamu tentang wanita.
ReplyDeleteSemoga terus menjadi inspirasi buat yang lain ya, rik :)
maacih, ocha! *kecups
DeleteTerimakasih tulisannya. Menginspirasi skali. Semoga dr sini, banyak pemikir2 baru unt mmulai edukasi pada anak didik agar lebih menghargai perempuan yg sudah berusaha unt mnutupi tubuhnya. Sebisa mungkin, menghargai perempuan bagaimanapun konteksnya.
ReplyDeleteTerimakasih tulisannya. Menginspirasi skali. Semoga dr sini, banyak pemikir2 baru unt mmulai edukasi pada anak didik agar lebih menghargai perempuan yg sudah berusaha unt mnutupi tubuhnya. Sebisa mungkin, menghargai perempuan bagaimanapun konteksnya.
ReplyDelete