Posts

Showing posts from April, 2016

Piledriver Waltz

Image
listen to this song on repeat recently

menyoal warna dan bau vagina

Senja di Jakarta adalah salah satu waktu yang paling menyenangkan untuk lari-lari lucu di jogging track. Namun, lari pada sore itu membuat saya kesal, lantaran di kiri kanan kulihat saja banyak pohon cemara  spanduk sok tahu yang mengatakan bahwa vagina harusnya berwarna cerah, dan harum semerbak. Vagina seharusnya tidak hitam, dan wangi bunga-bunga, atau herbal. Bahkan di wilayah paling privat saja perempuan dijajah, diberi tahu seharusnya bagaimana seolah-olah perempuan tak mengenal vaginanya sendiri. Bahkan di wilayah privat, kapitalisme masih berusaha membodoh-bodohi perempuan. Kesal sampai ke ubun-ubun! Bahwa vagina harus harum semerbak saja sudah patron yang salah. VAGINA TIDAK SEHARUSNYA HARUM. Tidak semua bau vagina adalah bau yang sehat , tetapi juga tidak ada vagina yang memiliki wangi bunga lili putih atau berbau sereh seperti banyak disarankan iklan pembesih vagina. Sekali lagi, vagina memiliki bau khas , dan memang tidak seharusnya harum. Pada vagina terdapat 2.10

Lima cara menghindari perkosaan

5 cara menghindari perkosaan: 1.      Jika seseorang mabuk, jangan perkosa dia. 2.      Jika seseorang jalan sendirian di malam hari, jangan ganggu dia. 3.      Jika sulit menghindari perkosaan, minta kawan anda menemani dan mengingatkan setiap waktu agar tidak memperkosa. 4.      Bawa peluit. Di luar negeri peluit banyak digunakan untuk menghentikan perkosaan. Jika anda menyadari anda ingin memperkosa seseorang, tiup peluit kencang-kencang sampai seseorang datang untuk menghentikan anda. 5.      Ingat, kejujuran adalah yang terbaik. Jangan mengajak kencan seseorang jika anda sebenarnya ingin memperkosa dia. Katakan sejak awal jika anda ingin memperkosa. Jika anda tidak berkata jujur sejak awal, teman kencan tidak akan memahami maksud anda untuk memperkosa. (lima cara ini ditranslasi dari Jakarta Feminist Discussion Group )  Ketika kasus perkosaan terjadi, sering kali korban (terutama perempuan) menjadi pihak yang disalahkan. Pakaiannya, sikapnya, apa yang dia kons

semua yang tidak feminis adalah seksis

“Ini baru mau pulang atau mau pergi,” gumam seorang bapak dengan muka nyinyir sembari menatap saya saat melintas di sebelahnya. Dia memastikan betul agar gumaman tersebut cukup keras agar terdengar. Saat itu Sabtu pukul 7 pagi, saya tidak punya waktu untuk meladeni ketidaksopanan dan nyinyiran seksis semacam itu. Saya paham betul di lingkungan tempat tinggal, perempuan pulang malam (apalagi pagi) akan dicap perempuan nakal, atau minimal perempuan nggak bener. Meski saat itu saya sesungguhnya baru keluar rumah menuju Bogor, tak sekalipun merasa perlu menanggapi si bapak. Di kereta menuju Bogor, saya berpikir, apabila saya adalah anak laki-laki, apakah si bapak akan melakukan yang sama? Lalu pertanyaan tersebut meluas. Kalau saya laki-laki, apakah tukang ojek pangkalan akan tersu menerus memanggil-manggil dan menawarkan ojek dengan agresif? ·        Kalau saya laki-laki apakah para pemuda nongkrong akan bersiul-siul ketika saya lewat? ·        Kalau saya laki-laki, a