“Ini baru mau pulang atau mau pergi,” gumam seorang bapak
dengan muka nyinyir sembari menatap saya saat melintas di sebelahnya. Dia
memastikan betul agar gumaman tersebut cukup keras agar terdengar.
Saat itu Sabtu pukul 7 pagi, saya tidak punya waktu
untuk meladeni ketidaksopanan dan nyinyiran seksis semacam itu. Saya paham betul
di lingkungan tempat tinggal, perempuan pulang malam (apalagi pagi) akan dicap perempuan
nakal, atau minimal perempuan nggak bener. Meski saat itu saya sesungguhnya baru keluar rumah menuju Bogor, tak
sekalipun merasa perlu menanggapi si bapak.
Di kereta menuju Bogor, saya berpikir, apabila saya adalah anak
laki-laki, apakah si bapak akan melakukan yang sama? Lalu pertanyaan tersebut
meluas.
Kalau saya laki-laki, apakah tukang ojek pangkalan akan
tersu menerus memanggil-manggil dan menawarkan ojek dengan agresif?
·Kalau saya laki-laki apakah para pemuda
nongkrong akan bersiul-siul ketika saya lewat?
·Kalau saya laki-laki, apakah saya masih akan
ditanya “diambi…