aku tak sempat menulis sajak untukmu
aku tak sempat menuliskan sajak untukmu. aku tak tahu lagi bagaimana mengulang-ulang cerita tentang matamu, senyummu, dan baumu. masih kusimpan kausmu yang kini kumal di pojok tempat tidur. sudah hampir habis baumu dari kaus itu, mungkin hampir seluruhnya sudah kuhirup, masuk ke paru-paru, dan berdiam di sana agar aku tak lupa bagaimana mengingat-ingat baumu.
kemarin dulu kau bercerita bagaimana kau melipat kaus-kausmu dengan cara yang salah, lalu kau ulangi semua seperti cara melipat yang pernah aku ajarkan. kemarin dulu juga kau bercerita betapa kau ingin menghabiskan ulang tahunmu bersamaku saja. tapi kemarin dulu, sebelum aku tahu kau juga ingin menghabiskan ulang tahunmu bersama si ini dan si itu.
masih kupandangi fotomu, dengan senyum dikulum dan mata berbinar-binar. matamu tak pernah habis binarnya. mungkin itu binar dari mataku yang pelan-pelan menghilang, buram, dan berganti pucat pasi.
mungkin beberapa kenangan memang harus dilipat rapi dan diletakan di bawah lemari, bersama tumpukan selimut dan baju-baju tua yang usang. biar wajahku tak melulu pucat pasi.
kemarin dulu kau bercerita bagaimana kau melipat kaus-kausmu dengan cara yang salah, lalu kau ulangi semua seperti cara melipat yang pernah aku ajarkan. kemarin dulu juga kau bercerita betapa kau ingin menghabiskan ulang tahunmu bersamaku saja. tapi kemarin dulu, sebelum aku tahu kau juga ingin menghabiskan ulang tahunmu bersama si ini dan si itu.
masih kupandangi fotomu, dengan senyum dikulum dan mata berbinar-binar. matamu tak pernah habis binarnya. mungkin itu binar dari mataku yang pelan-pelan menghilang, buram, dan berganti pucat pasi.
mungkin beberapa kenangan memang harus dilipat rapi dan diletakan di bawah lemari, bersama tumpukan selimut dan baju-baju tua yang usang. biar wajahku tak melulu pucat pasi.
Comments
Post a Comment