Kenangan dalam Kotak Pesan
Pertanyaan-pertanyaan
duduk berdesakan menyaksikan kawah matamu
yang biru dan
penuh rahasia,
menunggui
cerita tentang Kenangan yang enggan kau tinggalkan.
Kenangan
yang masih saja duduk manis di pojok kotak pesan.
Kenangan
terus menerus berdering, pendek tapi keras.
Tanganmu
menggapai-gapai dalam gelap sebelum ia mampu berdering panjang.
Kau bilang
tak perlu hiraukan deringnya, Kenangan sudah habis masa berlakunya.
Namun Kenangan dalam kotak pesan berdering lagi, lebih panjang dan keras.
Malam
itu,
pada purnama
kelima,
serentetan
duka tidur tenang setelah kukecup tengkuknya,
dan Kenangan
pada kotak pesan diam-diam membunuhku.
Lalu berdua
kita tahu,
dering itu
berasal dari rinduku yang masih saja keroncongan meski pelukmu
memangil-manggil pulang.
Your poem is getting darker and darker every time. Rasanya puisi ini mengajak saya berjalan di lorong yang remang, lembab dan sendirian. Menuju entah kemana.
ReplyDelete