Posts

Showing posts from November, 2014

Sorong, Kota Matahari Tenggelam

Image
Setiap kali mencari informasi tentang Sorong, melulu yang muncul adalah Raja Ampat. Sorong hanya dikenal sebagai gerbang menuju Raja Ampat. Sorong hanya penting sebagai bagian dari keindahan yang lain, bukan karena keindahan Sorong itu sendiri. Sorong melulu digambarkan sebagai kota yang diekstraksi selama puluhan tahun, diambil isi perutnya, hingga hanya menyisakan panas dan debu bagi penduduk lokal. Padahal Sorong adalah pesisir dengan pasir putih, pepohonan rindang di bibir pantai, serta semburat jingga senja. Senja di Sorong, adalah salah satu Senja paling cantik yang pernah aku lihat. Dengan tekstur kota berbukit-bukit, senja di Sorong menyajikan warna yang membuat saya menghela nafas. Sebab itu, jika ingin menyebrang ke Raja Ampat, sempatkanlah barang sehari menginap di Sorong, minimal mengintip matahari terbenamnya, dan main-main di Teluk Kasuari. Katakanlah pesawat mendarat di Sorong pada pukul 9.00 WITA, jika ingin ke Raja Ampat sebaiknya langsung menuju Pelabuhan Raky

Kenapa Ahok tak perlu bubarkan FPI?

Ini kali kedua saya menulis dengan tema yang sama, karena setelah setahun berlalu, dan masyarakat masih bergembira ria dengan wacana pembubaran FPI, saya tetap berteguh FPI tidak perlu dibubarkan. W acana pembubaran FPI sudah dimulai oleh Gamawan Fauzi sejak 2006, lalu untuk memuluskan UU Ormas, pada awal tahun lalu dia berjanji bahwa UU inkonsisten ini bisa menjerat FPI, bahkan membubarkan mereka. Lalu tahun ini wacana pembubaran muncul sekali lagi dari Ahok. Saya tak masalah kalau wacana sesat pikir ini muncul dari Gamawan Fauzi, tetapi ketika wacana muncul dari mulut Ahok, saya tak rela, karena Ahok kelihatannya pemimpin bagus yang bisa jadi harapan. Lalu, kenapa FPI tak perlu dibubarkan? Alasannya sederhana saja, upaya pengentasan kekerasan tak berarti harus membubarkan FPI. Bahkan menurutku, tidak ada hubungannya pengentasan kekerasan dengan pembubaran FPI selama tidak ada penegakan hukum atas pelanggaran pidana yang sering mereka lakukan. Beberapa contoh yang masih seg

27

Image
I've got a feeling that 27 won't be so mean, moreover because it's an odd number, not an even number. I know this is weird, but odd number give me a nonsensical comfort while even number make me feel under a cloud of bad luck. 27 is an age with so many privileges. 27 is young enough (or at least I believe it's still young enough) to make mistake and do stupid things, but also mature enough to make a cool yet important decision. 27 sounds like the time we reveal ourselves, or at least the time for me to reveal myself (as if I never knew myself). When I turned 26, I was seriously afraid . 26 is a strange age that made me feel like I'm suddenly older than I'm expected, it's like a strange feeling that sprout in the middle of your morning coffee, having nonchalantly just changed your entire perspective. But now I turn 27 calmly (I would like to say gracefully, until I realise graceful is too heavy for my personality, also to count how many friends o

Islam KTP

Soal Kolom agama di KTP, banyak sekali yang menjadi gelisah. Awalnya menurut saya hal ini semudah: kalau agamanya ada di hati, dan bukan cuma di KTP, kenapa mesti gelisah? Toh wacananya adalah boleh dikosongkan kalau tidak terakomodasi, bukan seluruh kolom agama tersebut dihilangkan. Bukankah hal ini baik untuk menghilangkan candaan negatif terhadap agama? Misalnya: Islam KTP. Meski saya tidak merasa ada relevansi pencantuman agama di dalam kartu identitas, namun juga paham betul penghilangan kolom ini akan menimbulkan keributan yang tidak perlu. Sebab itu, mengakomodasi orang-orang yang selama ini tidak terakomodasi oleh kolom agama melalui pengosongan adalah sebuah usaha yang baik dan perlu diapresiasi. Artinya, bagi yang ingin mendeklarasikan agamanya tentu tetap bisa menuliskan agamanya dalam kartu identitas. Bagi yang merasa tak terakomodasi, silakan dikosongkan saja. Sebetulnya ide yang didengungkan Cahyo Kumolo ini bukanlah barang baru, UU Administrasi Kependudukan Nomor