Posts

Showing posts from April, 2014

Fakir Buku

Aku sudah lama tidak mencuri atau membajak buku. Biasanya sebagai mahasiswa kami membajak buku-buku teks secara terorganisasi karena buku aslinya terlalu mahal (aku masih merutuki pajak buku hingga saat ini), atau sulit dicari. Kadang-kadang juga membajak secara independen untuk buku-buku yang bukan bahan perkuliahan. Sedangkan mencuri buku hanya dilakukan dengan alasan-alasan khusus. Buku-buku yang kucuri semuanya lapuk, bau kutu buku, dan bau usia. Aku tak pernah mencuri buku dari perpustakaan kampus, karena aku tahu banyak yang akan meminjam dan membaca kalau buku itu tetap di perpustakaan kampus. Paling hanya meminjam tanpa izin, lalu diam-diam aku kembalikan lagi kalau sudah selesai. Biasanya itu kulakukan untuk buku yang tak boleh dipinjam, atau kalau aku malas mencari kartu perpustakaan di antara tumpukan barang di kamar. Terakhir mencuri buku adalah pada sebuah perpustakaan militer yang kosong, dengan buku-buku yang tak pernah dipinjam--menilai dari kartu buku yang masih

Menghukum berat pemerkosa, cukupkah?

Ciswanto ditangkap di stasiun Kereta Api Tegal, Juli 1996. Tak satupun media yang tak memberitakan Ciswanto, tersangka sodomi sejumlah anak gelandangan yang dikenal dengan Robot Gedek. Iya, sejumlah, rasanya tak pernah ada media yang menyebut pasti berapa jumlah anak usia 11 tahun—15 tahun yang menjadi korban. Hanya disebut sejumlah. Mungkin karena mereka “cuma” anak jalanan. 18 tahun kemudian seorang bocah 5 tahun juga mengalami perkosaan di balik penjagaan ketat sebuah sekolah internasional. Perkosaan dan pelecehan terhadap si bocah dikabarkan melibatkan banyak pihak. Kesemuanya orang dewasa, atau setidaknya sudah dalam usia legal untuk bekerja formal dalam wilayah hukum Indonesia. Survei empat provinsi yang dilakukan Unesco pada 2009 menunjukan sebagian besar anak dan remaja di Aceh, Papua, Jawa Tengah, dan Nusa Tenggara Timur melaporkan pengalaman kekerasan, termasuk kekerasan seksual. Seperti yang sudah umum dipahami, kekerasan—termasuk kekerasan seksual—terjadi d

death

Death is the womb that ask you to come, the ocean that want you to dive deeply, so you know it will be better than before. Death will embrace you like a cold dad to his daughter, he might be harsh, but you will always know that he loves you, for granted. No matter what. Death is a neighbour who brings cake on your first time moved to the area. Death doesn't talk too much, but he cares and keep on watching you. Death is simply a comfortable warm embraced, which will not betray you. For life is not the opposite of death it's a part of it.

percaya diri

Setiap orang punya titik muak, atau dalam bahasa yang lebih sopan: titik jenuh. Titik jenuh saya sebenarnya biasa saja, tanpa drama. Tiba-tiba saja menangis histeris, merasa muak dan sudah cukup mendapat perlakuan tidak adil seumur hidup, bahkan juga jadi khawatir atas apa-apa yang dikenakan. Pada suatu hari yang biasa, mengenakan pakaian yang biasa, menuju Mahkamah Konstitusi. Pakaian yang sungguh biasa, karena kalau tidak, manalah mungkin bisa masuk ke dalam ruang sidang Mahkamah Konstitusi. Usai sidang dari Mahkamah Konstitusi, seorang pria paruh baya (kutaksir usianya 46 tahun), berkata begini: “Gimana perempuan hari gini ga diperkosa, liat aja pakaiannya.” Hari itu sungguh bukan hari yang baik untuk mengatakan hal seksis. Meski sesungguhnya tak pernah ada hari baik untuk menjadi seksis. Namun hari itu saksi pemerintah di Mahkamah Konstitusi membuat siapapun akan merasa merasa ini negara tidak berguna, sudah bubarkan saja, lalu hujan pula pada perjal