kritis
Kemarin aku menemukan tulisan yang dengan penuh menuduh sekaligus berusaha mencari pembenaran mengenai kenapa mahasiswa sekarang melulu peduli pada nilai IPK dan tidak lagi kritis. Tuduhan pertama dari tulisan itu adalah mahasiswa dibuat terlalu fokus pada tujuan akademik dan cenderung lulus sebelum 4 tahun, dipagari isi kepalanya agar tak lagi kritis, dibuat tak lagi punya libido berorganisasi, hingga akhirnya menjadi tak kritis. Tuduhan kedua adalah konspirasi asing. Menurutnya asing sengaja membuat mahasiswa menjadi tidak kritis agar mendapat tenaga kerja murah, lagi tak kritis. Karena 5 tahun—10 tahun ke depan mahasiswa-mahasiswa inilah yang akan memimpin Indonesia. Lalu dia juga menuduh lembaga tanggung jawab sosial perusahaan dan organisasi lingkungan menunggangi dana-dana luar negeri untuk membodohi mahasiswa agar menjadi kacung di tanah kelahirannya sendiri. Tuduhan terakhir, mahasiswa semacam dibuat untuk suka baca buku saja, lalu onani intelektual.