situs dewasa
Aku iseng
membuka statistik blog, selama dua tahun blog ini ada, tulisan yang paling
banyak dikunjungi adalah “Aku tumbuh sembari membenci payudara”.
Sayangnya kebanyakan
key word yang mengantarkan pembaca adalah: payudara anak sd, tetek anak sd, payudara
anak smp, guru punya toket.
Mengerikan
sekali membayangkan ada om-om tambun umur 49 tahun yang sedang masturbasi
sambil mencari-cari gambar telanjang payudara anak kelas 6 SD yang mungkin baru
berusia 10 tahun. Lebih mengerikan lagi kalau akhirnya dia tidak hanya
masturbasi di depan gambar, tetapi benar-benar melakukan pelecehan seksual. Dan
ini sudah banyak terjadi.
(Maka sekali
lagi aku bilang ke laut aja ustad-ustad yang selalu nyalahin tubuh perempuan,
harus dibegini-begitukan, seolah tutup mata bahwa porno itu tergantung otaknya
masing-masing.)
Selain makin
menegaskan bahwa ada banyak pola pikir yang harus diubah, statistik tersebut
menunjukan bahwa pornografi harus dilokalisasi, bukan dihapus. Toh buktinya,
setelah ada pemblokiran besar-besaran, tetap ada juga kok yang mencari hal-hal
semacam itu di internet.
Dari pada
pemerintah menutup mata, pura-pura pornografi selesai dengan cara memblok
banyak situs, dan membuat UU Antipornografi dengan banyak pasal multitafsir,
kenapa tidak dibuat regulasi yang lebih teknis saja. Misalnya
pengaturan usia pemeran film dewasa, pengaturan distribusi, termasuk pengaturan
pembelian
Sementara untuk situs, mungkin bisa dengan regulasi bahwa di Indonesia untuk masuk ke situs tertentu harus mendaftarkan keanggotaan yang tidak gratis, dan mencantumkan nomor identitas.
Dengan menjadikannya legal, akses terhadap film dewasa justru dipersulit. Film dewasa ada, tersedia, tetapi untuk membelinya kamu harus memenuhi syarat tertentu. Juga harus ada sanksi yang tegas kalau ada yang melanggar, baik ke pihak penjual maupun pembeli.
Sementara untuk situs, mungkin bisa dengan regulasi bahwa di Indonesia untuk masuk ke situs tertentu harus mendaftarkan keanggotaan yang tidak gratis, dan mencantumkan nomor identitas.
Dengan menjadikannya legal, akses terhadap film dewasa justru dipersulit. Film dewasa ada, tersedia, tetapi untuk membelinya kamu harus memenuhi syarat tertentu. Juga harus ada sanksi yang tegas kalau ada yang melanggar, baik ke pihak penjual maupun pembeli.
Sebaliknya dengan
sifatnya yang kini ilegal akses terhadap film dewasa semakin mudah. Tanpa
syarat apapun, dia bisa bergerak dari tangan ke tangan, dari lapak ke lapak,
dari rental satu ke rental lain.
Bisnis besar yang berjalan diam-diam.
Comments
Post a Comment