Kerjaanku selain berak dan kencing adalah makan dan berfikir. Aku banyak berfikir soal kemungkinan-kemungkinan. Rupanya terlalu banyak berpikir adalah gejala tak terelakan bagi mereka yang memiliki persoalan kecemasan. Aku juga berfikir soal doa-doa. Aku pernah kecewa dengan doa-doa. Merapal doa apapun, sebanyak apapun, bagaimanapun caranya, tak akan berguna untuk membuat ayah terjaga. Saat petinya tiba di jakarta, aku merapal doa, tak juga berandai-andai pada kemungkinan bertemu lebih awal, saat hangat masih ada. Kucium keningnya, dingin. Subuh itu aku terjaga, meronta. Siang sebelumnya aku telepon ibu. Saat itu aku mengatakan dengan bimbang akan segera pulang, tapi ibu bilang ayah membaik. Ayah sudah bisa berjalan-jalan keliling komplek perumahan, bahkan ikut mencoblos pada pemilu kali itu. Dia juga minta diajak ke tukang cukur. Ayah begitu taat pada negara. Bahkan pada hari akhir, hal terakhir yang dilakukan adalah menggunakan hak pilih dalam Pemilu. Dan aku, sebagai an
Hari ini menandai tepat seminggu percobaan mandi tanpa sabun dan keramas tanpa sampo. Awalnya saya pikir ide ini biasa saja. Toh manusia sebelum kenal sampo dan sabun juga hanya mandi dengan air mengalir. Apalagi, sudah banyak juga ornag lain melakukan percobaan yang sama. Namun, ketika saya bercerita kepada teman kantor bahwa sudah hampir seminggu saya tidak menggunakan sabun, reaksi mereka sungguh mengagetkan. Menurut mereka, ini adalah percobaan yang aneh. Sebab itu, saya jadi ingin membagikan pengalaman ini. Kenapa awalnya saya terpikir untuk melakukan percobaan ini? Karena kulit saya sangat sensitif. Kulit wajah sih biasa saja. Tapi kulit tubuh sangat sensitif terhadap sabun mandi. Sabun biasa membuat kulit sangat kering, rasanya seperti retak-retak, dan kadang terasa panas karena iritasi. Sebab itu saya hanya dapat menggunakan sabun mandi merek tertentu yang betul-betul alami, atau sabun bayi. Itu pun terkadang masih terasa kering di ruangan ber-AC, belum lagi kalau mandi seb
Ini bukan anak kucing yang kumaksud, tetapi mereka mirip. Gambar diambil dari sini Ada empat anak kucing baru di dekat tempat tinggalku. Sayang sekali tak sempat memotret mereka, kali lain akan kugambar berdasar ingatan sajalah. Empat anak kucing itu, mungkin baru satu bulan. Sedang suka berjalan ke sana kemari, melompat-lompat kecil, atau mengejar buntut induknya. Tidak seperti beberapa kucing lain yang kerap kutemui sebelumnya, anak-anak kucing ini adalah kucing kampung, sepertinya murni kucing kampung. Sementara beberapa kucing lain yang sering kulihat itu adalah semacam persilangan antara kucing berbulu panjang dengan kucing kampung. Salah satu anak kucing biasanya berlari masuk ke dalam pagar saat aku melintasi mereka, sedangkan yang lain memperhatikanku, atau mungkin dia memperhatikan tas besarku. Sementara anak kucing berwarna putih-kuning lain tidak mempedulikan keadaanku, dia tetap meloncati pagar bolak-balik. Adapun, anak kucing terakhir baru tadi kulihat keberada
Comments
Post a Comment