manusiawi
Kemarin malam saya pertama kalinya mengajukan protes kepada pacar. Saya katakan dia keterlaluan sibuknya, seperti tak mau meluangkan waktu buat hubungan ini. Sebelumnya soal masalah kesibukan tak pernah jadi bahasan serius. Namun dengan tambahan bumbu-bumbu lainnya, masalah manajemen waktu ini akhirnya membuat emosional.
Padahal kami jarang bertemu sebagian juga karena selama 10 minggu lalu saya ikut kursus menulis setiap akhir pekan, dan sebelumnya ketika masih jadi wartawan, harus menyiapkan berita senin di tiap akhir pekan, lalu di waktu lain sibuk ikutan kampanye ini-itu, juga ada rainbow warrior yang datang ke Indonesia.
Meski demikian dia tak membantah waktu saya protes. Dia hanya meminta maaf. Menurutnya pola komunikasi yang dia jalankan memang harus diubah. Dia bilang tak sekalipun berniat nyuekin, hanya saja segala urusan pekerjaan--dan rutinitas ke gym yang susah payah diselipkan di tengah rutinitas--memang membuat dia kesulitan.
Lalu akhirnya saya malah minta maaf karena sudah sebel. Di luar dugaan, dia malah berpikir bagus juga saya ngambek. Manusiawi, katanya.
Setelah hubungan terakhir saya memang jadi terlalu hati-hati sama hati. Di awal hubungan ini, saya selalu bilang jangan pernah jatuh cinta, don't drop your heart, don't have an exclusive relations. Tapi, siapa yang bisa menolak mas-mas cute yang masakin sarapan tiap pagi? Love comes from a happy tummy. Haha.
Ternyata, terlalu hati-hati menjaga hati agar tak lagi-lagi sakit hati hanya membuat kita menjadi kurang manusiawi. Tidak mau jatuh cinta, karena takut patah hati, akhirnya membuat kita menahan-nahan emosi. Ga mau marah atau ngambek karena secara rasional merasa untuk apa marah atau ngambek, kalau marah atau ngambek artinya mulai ada rasa, mulai betulan suka, jadinya tertawa sajalah, sambil meyiapkan teman kencan lain persediaan saat kesal.
Relationship is only for the brave, kata seorang reman. Dalam percakapan itu kami bersepakat, kalau saya tak berani menghadapi kesedihan dan sakit hati, maka saya tak cukup berani untuk berada dalam hubungan.
Jadi ya sudahlah, jangan terlalu hati-hati menjaga hati, jangan terlalu takut patah hati, kata Kimya Dawson, broken heart hurts but it will make you strong.
Comments
Post a Comment