Posts

Showing posts from April, 2013

Kamila dan Janacek

Image
Kamila. Ibuku bernama Kamila. Bukan nama yang banyak dipakai orang Indonesia masa kini. Juga orang Indonesia tahun 60-an saat ibu lahir, oh atau mungkin 70-an. Aku tak tahu pasti. Ibu saja tak tahu pasti tahun berapa ia lahir. Ibu curiga akta kelahirannya tak tepat karena dia menemukan tanggal-tanggal kelahiran yang dicatat Ibunya (nenekku) setelah beliau meninggal. Maka kesempatan konfirmasi terakhir habis sudah. Apalagi nama Ibu Kamila saja, tak ada nama tengah atau nama belakang. Padahal di nama tengah atau belakang lah orang Indonesia kerap mengindikasikan bulan kelahiran. Apalagi kata Kamila tak merujuk pada sesuatu hal. Seperti kubilang, tak banyak juga manusia yang kutahu bernama Kamila. Kamila yang aku tahu, selain Ibu, adalah perempuan bersuami yang dicintai Janacek. Leoš Janáček, kupikir dia komposer yang tidak terlalu terkenal. Siapa yang tak tahu Beethoven, atau Mozart? Tapi siapa yang tahu Janacek? (Oh, ada juga Camilla, istri Pangeran Charles, tapi dengan car

Kalau Aku Rindu (II)

Kalau aku rindu, ah, itu sajak masa lalu saat aku masih lugu dan cinta menggebu-gebu Tapi kini masih juga kurasa rindu hanya tak yakin kalau ini untukmu atau untuk laki-laki yang kutemui sambil lalu saat menunggu teleponmu                   (seharusnya aku tak menunggumu di kedai kopi tempat kemunculan satu-dua pria seksi manalah bisa ku menahan diri)

Purnama

Ada purnama di atas kepala. Aku ingin bilang ia mengintip di balik jendela saat kita bercinta. Karena begitulah adanya. Tapi terdengar picisan. Sejak masa Pramoedya masih di penjara kalimat purnama di balik jendela sudah ada di mana-mana. Purnama tak mengintip siapa-siapa. Aku yang mencuri lihat dari balik bahumu, ada sinar terang di atas sana, saat kau di dalamku, dan dia di atas kita. Lebih indah dari matamu, lebih syahdu dari dengkur halusmu. Aku bilang padamu, ada purnama, tapi kau lebih peduli pada apa yang kupunya di bawah sana, dan aku tetap memandangi purnama. Aku tahu dia tak akan ke mana-mana, tapi aku ingin berlama-lama memandangnya, seolah dia akan melengos pergi begitu aku mengerjap mata. Ini cuma purnama kedua, tapi rasanya sudah begitu lama. Purnama kedua, dan aku tak mau jadi milik siapa-siapa. Ah, baru purnama kedua. Lalu aku tahu, dia bukan purnama, juga tak ke mana-mana. Hey,  Aku masih teringat percakapan kita  sebelum purnama tiba,  soa

Aku Ingin

Aku ingin berjalan kaki, Mungkin dari Slipi hingga Tosari Sampai rasanya tak lagi punya sendi Sambil mengingat-ingat puisi yang kubaca tadi malam diam-diam saat kau mendengkur perlahan Aku ingin menyanyi sambil berjalan kaki melintasi trotoar dan jembatan penyebrangan menyenandungkan lagu yang kau perdengarkan kemarin malam aku tak suka lagu itu tapi aku suka kau Aku ingin berlari mengitari monas atau naik hingga puncak teratas lalu duduk di bawah lampu di kursi panjang di tengah orang pacaran Aku ingin mati di depan satasiun gambir atau mungkin aku cuma butuh bir serta ciuman di bibir

Orang Dewasa

Beberapa hari lalu aku menemukan berita bernada marah dan mengecam tindakan anak perempuan belasan tahun yang katanya menghina agama lantaran mempermainkan gerakan solat. Bahkan menurut media online yang kubaca, remaja-remaja itu dikeluarkan dari sekolah. Saat seumur itu (kalau tidak salah mereka SMP) aku bersekolah di sekolah yang berlandaskan agama. Setiap hari jumat di sekolah kami ada kotak amal yang diedarkan ke ruang-ruang kelas. Saat itu, aku punya uang mainan bernominal 20.000. Aku masukan saja uang itu ke kotak amal hijau yang mampir ke mejaku. Aku pikir itu lucu, dan aku ikhlas membagi 20.000-ku. Siapa sangka wakil kepala sekolah meminta bertemu di ruangannya dalam waktu kurang dari satu jam sejak uang itu kuloloskan dari lubang kecil di atas kotak amal. Aku tak sendirian, teman yang duduk sebangku denganku juga dipanggil karena melakukan hal yang sama. Bedanya teman hanya diam saja ketika dicecar wakil kepala sekolah, dan aku bertanya terheran-heran. Aku teta

sajak cinta

aku ingin menulis sajak cinta soal mata birumu yang memantul bayangan pizza juga air jeruk dan botol-botol vodka sialnya aku tak punya sajak cinta cuma ada rebusan brokoli, seporsi ayam bumbu kari, dan harum tanakan nasi. semoga lebih hangat dari sajak soal cinta mati dan basa-basi

Kolam

Dulu ayah membuat kolam kecil di pekarangan rumah, dinaungi dua pohon palem, berisi ikan-ikan kecil berwarna-warni. Lalu hampir setiap sore adik akan meloncat ke dalamnya dan Ibu menghambur dari dalam rumah, menarik adik keluar dari kolam. adik bisa saja terpeleset, terbentur, hingga pecah kepalanya, adik bisa saja kedinginan lalu terkena flu, atau adik bisa membuat ikan-ikan di kolam mati tersiksa. Ketika aku masih suka melamun dan memperhatikan ikan-ikan ayah, aku sering kali membayangkan bagaimana menjadi ayah dengan istri, dan anak-anak juga perempuan-perempuan yang berselingkuh dengannya.

Oblivion: self, soul, and other thousands of yourselves

Image
Taken from Wikipedia Was somebody asking to see the soul?  See, your own shape and countenance, persons, substances, beasts,  the trees, the running rivers, the rocks and sands.  All hold spiritual joys and afterwards loosen them;  How can the real body ever die and be buried?  Of your real body and any man's or woman's real body,  Item for item it will elude the hands of the corpse-cleaners and  pass to fitting spheres,  Carrying what has accrued to it from the moment of birth to the  moment of death.  --Walt Whitman, Starting from Paumanok, section 13. Seperti yang kutulis di Transformer : Pasal satu, militer selalu menang, jika militer kalah, kembali ke pasal satu. Kupikir sebaiknya jangan berharap lebih dari apa yang didapat ketika nonton Transformer. Dan yang pasti ini film Amerika, jelas berakhir bahagia. Sebagai anak pemalas yang lebih suka menangkap makna dan ogah ribet mikirin efek, bagiku film ini semacam menye-menye soal kena

Mobil Baru

Kata Ibu, adik tak suka mobil di rumah. Setelah bertahun lalu dia memodifikasi mobil keluarga menjadi mobil aneh dengan subwoofer yang tak pantas, hingga semua orang merasa tak lagi nyaman, kini dia marah-marah pada ibu soal betapa jeleknya mobil Ibu. Dia bilang dia begitu kesal karena harus kehujanan saat berangkat kuliah akibat mengendarai sepeda motor. Saat Ibu meminta dia membawa mobil Ibu, dia bilang lebih baik dia menggunakan angkot dari pada mobil Ibu karena mobil Ibu sungguh memalukan bentuknya. Ah, apakah anak kuliah masa kini menjadi begitu bergengsi sehingga malu memakai mobil tua? Aku kuliah berjalan kaki. Kadang-kadang naik bis, kadang-kadang menebeng teman. Namun Fakultas Ilmu Sosial dan Politik pada 2004 diisi oleh orang-orang yang berjalan kaki atau naik sepeda. Jadi menebeng bukan opsi yang sering muncul, dan bis juga hanya satu-dua. Mungkin jam lima sudah hampir tak ada yang lewat, jalan juga akhirnya dari Bulaksumur ke Jalan Kaliurang Km 6. Aku suka berjalan