Posts

Showing posts from March, 2013

kenangan

- aku mau menyelamatkan kenangan seperti cermin di sudut kamar yang menyimpan utuh seluruh tubuhmu dalam diam

segera

Aku ingin menulismu menceritakan kawah pada matamu sayang tak pernah kuperhatikan apa warnanya Aku ingin bercerita soal dirimu tentang buku-buku yang kau baca dan tayangan yang kau ceritakan sayang tak sekalipun aku mencoba paham soal dua kaleng bir yang kau beli lalu kuhabiskan dalam diam soal kolam yang kurenangi sendirian dan buku yang kubaca semalaman aku ingin dirimu menghilang saja segera

Siapa sih artis yang rambutnya pendek?

F: Rik, rambut kamu setelah dipotong kalo dari belakang mirip siapa ya? R: Halah, kamu pasti mau nyebut Miranda Gultom* ya? F: Loh kok Miranda Gultom? R: Lah, iya, dia kan kalo dari belakang rambutnya begini. F: Bukan begitu, maksudnya kenapa kamu kok mikirnya Miranda Gultom? R: Emang siapa dong harusnya? F: Siapa kek yang mudaan gitu. R: Hmmm... siapa? F: Hayo siapa? R: Oh aku tau, Felia Salim**! F: Yang lain. R: Siapa dong? Francisca Nelwan Mok*** pendek juga tuh rambutnya. F: -__- Kok bankir semua sih yang disebut. Yang lain dong. R: Eh, Destry Damayanti**** juga pendek sih rambutnya. F: Tuh, bankir lagi. R: Ibu Destry bukan bankir ya, dia Chief Economist. F: Ya sama aja, siapa kek gitu nyebutnya. Artis coba siapa. R: Hmmm... F: Ayo siapa? R: Haslinda Amin juga pendek kayaknya rambutnya. F: Siapa itu? R: Anchor-nya Bloomberg TV yang Singapur. F: Artis dong yang terkenal. R: Eh, aku tau! Riani Djangkaru! F: Kok Riani Djangkaru? R: Tadi pas aku liputan Hiu ad

domain dan hosting baru

Ceritanya aku beli seperangkat domain rikanova.com dengan hostingnya akhir pekan lalu. Namun kegaptekan luar biasa ini sulit sekali memahami cpanel, dns, dan segala dunia perhostingan lain. Jadi sampe sekarang walipun uda diinstall wordpress, aku tetep ga tau cara menggunakan si domain dan hosting baru itu, juga selalu gagal untuk migrasi dari sini ke sono. Jadi misalnya tetiba aku jarang apdet blog, artinya aku lagi rempong mikirin cara bangun rumahnya. Haha...

cita cita

Sepanjang tahun lalu tidak dilalui dengan baik. Rencana mengirimkan aplikasi beasiswa terganjal banyak hal, pikiran tersita urusan menye cinta-cintaan tak berguna, pekerjaan tak beraturan, ibu jatuh sakit, uang kuliah adik harus segera dibayarkan. Dan aku berada pada titik muak dengan pekerjaan. Muak pada berita berita yang entah berpihak pada siapa. Puncaknya kulayangkan juga surat pengunduran diri, yang belakangan ditarik kembali oleh atasan. Katanya aku terlalu emosional dan tidak berfikir benar. Aku begitu suka menulis, membaca, bertemu banyak orang, belajar banyak hal. Namun sampai juga pada titik, apa iya aku cocok dengan pekerjaan jurnalistik? Apa iya satu-satunya cita-citaku ini bukan salah pilih? Saat mengajukan pengunduran diri tentu bukan tanpa rencana lain. Aku memang belum mendaftar pekerjaan baru, tetapi aku punya tabungan tiga kali gaji bulanan, dan masih mengerjakan beberapa pekerjaan lepas. Juga dalam proses menerima tawaran pekerjaan lepas lainnya dari teman

the minister and the bathroom

One beautiful night on March, we watch American football. I never enjoy American football before, for me they just a bunch of guy with funny clothes who like to hold each-other. But this night, I enjoy the game. The next second I even laugh, as if I understand the cute part when he scored. I try to explain myself why that part is cute so I should laugh, but I couldn't. It just simply funny. We are watching American football and laughing together. Oh I love this situation. I feel so much obliged to run a conversation, but he doesn't say a word. Well, never mind, I keep talking and he keep laughing until I feel so sleepy. He's fade away, and I wake up in a hotel room with two other girls. Ah, just remember I went out of town with these girls yesterday and we took this room. I try to wake up early since because I have to go to an event this morning. But the other girl still using the bathroom. So I decide to sleep another 15 minutes. When I wake up, The Minister of

How star troopers kill me

I was walking down Kemang when I met Cat with her cute dress. She said nothing, but I knew she wanted me to follow her, felt like she was talking straight to my mind from her mind. It was a nice night; starry sky, light air, and fragrance within the breeze, which I assumed came from Cat who walked in front of me. I do remember I could saw her back as I followed her along Kemang, but I don't remember the color of that knee-high dress. At the end of the road was Tessa's house which so different from what I remember. Her house still has the pool, the garden, and the large-dining table. But it was much bigger, and full of people whom I hardly knew. Seem like Tess (or someone from the house) threw a party. It was a funny party though. Hardly remember if there was any music, or crowd, or saw anyone move their body. A silent meeting among so many expat. It just simply so many people but you can't say it was a crowd. I lost Cat, couldn't find her anywhere when a guy ca

aku, ayah, dan sebuah video

Image
Aku dan ayah berasal dari generasi yang sangat berbeda. Ayah penghisap berat surya 16, dan penghirup setia nafas orde baru. Ayah itu pegawai negara, bersekolah di akademi hukum militer, penganut dan pengamal P4 sejati. Jangan coba bicara soal pemikiran sosialis di depan dia, kamu akan dituduh komunis dan merong-rong kekuasaan negara. Menurut ayah, tidak masalah kalau hutan dirusak dan dijadikan kebun akasia atau kelapa sawit. Toh tetap hijau-hijau juga. Dia penganut manusiasentris. Kepentingan manusia harus didahulukan, tak peduli kalau harus mengeringkan lahan gambut, atau membabat habis habitat apapun di Kampar. Tentu bukan salah ayah, apa ada pendidikan di sekolah Indonesia yang tidak manusia-sentris? Sebab itu ayah benci sekali mendengar GreenPeace. Kata ayah mereka itu sekelompok anak muda pengganggu, perusak. Kalaupun ayah tidak meninggal 5 tahun lalu, mungkin dia akan menderita serangan jantung hebat waktu aku bekerja paruh waktu di NGO yang mengurusi sanitasi, dan b

setengah potong sajak dan segelas taji puisi

Ibu bangun terlalu siang dan lupa memasang kerut-kerut di wajahnya. Pagi ini semua orang bilang ibu tampak muda. Ibu begitu malu pada kemudaannya itu. Dia berjanji besok akan bangun lebih pagi. Dan memasang kembali kerut-kerut yang tertinggal di meja rias. Keesokan hari, Ibu lagi-lagi tak bertemu pagi. Kata Ibu: "kita sudah ditinggalkan pagi,                 hanya ada sepotong sajak di tungku.” Maka siang itu masing-masing kami makan setengah potong sajak. Aku dan Ibu. Setengah potong sajak tentu tak mengobati lapar. Tapi Ibu bilang setengah potong sajak masih lebih baik dari pada kesedihan. Lalu ia tambahkan segelas taji puisi,                 diseduh bersama kerut yang tertinggal di meja rias. Sekarang Ibu selalu tampak muda.

ah, lupakan

Aku harap bayangmu lenyap, luruh bersama gemuruh hujan yang tak disangka-sangka. aku pikir bayangmu keluar dari kepalaku bersama muntahan merah darah dari anggur yang kusesap semalam Menjadi air kolam yang kurenangi lalu menempel pada pakaian dalam pada jemari pada rambut pada payudara pada perempuan perancis yang tak kuingat namanya pada botol anggur yang harum manis pada bibir pria yang kukecup dua kali Bayangmu ada dalam telepon genggam yang kukirimi pesan. Ah, Lupakan.