Posts

Showing posts from January, 2013

Aku tumbuh sembari membenci payudara

Ya, aku tumbuh sembari membenci payudara. Payudaraku bukan payudara berukuran superbesar. Meski juga tidak terlalu kecil. Bukan payudara yang membuatku merasa seksi seperti bintang film di Hollywood. Payudaraku biasa saja, tapi aku tumbuh sembari membencinya. Aku mulai bersekolah SD di Palembang saat tiga bulan terakhir kelas 6. Menjadi 'bukan pribumi' memberi pengalaman yang kurang menyenangkan. Banyak orang yang sangat mempedulikan persoalan kesukuan di sana. Setiap pagi aku berangkat sekolah dengan melewati sebuah panti rehabilitasi. Orang bilang tempat tersebut didirikan untuk merehabilitasi anak nakal. Hingga kini aku masih belum paham terminologi anak nakal yang dimaksud. Daerah sekolahku diberi nama Jalan Sosial bukan tanpa alasan. Di sebelah sekolahku adalah panti sosial, tempat menampung orang-orang yang tidak punya rumah. Sekitar 500 meter di depan sekolah adalah Rumah Sakit Jiwa, dan 200 meter di belakang sekolah adalah Panti Jompo. Dan panti rehabilitasi

Hei

Ada banyak hal tak terduga dalam hidup, juga soal perasaan. Selalu ada hal-hal yang tidak mungkin, tetapi kita pun selalu berhak menganggapnya hampir tidak mungkin. Mana tahu besok lusa kamu tidak hanya memandang matanya. Mungkin nanti ada aku di bola matamu. Lalu ada waktu, yang membuatku tak lagi peduli bayang siapa yang ada di bola mata itu.

Perkosa

Sungguh mengerikan kalau ada yang bilang korban perkosaan merasakan kenikmatan, begitu juga, tentu saja, pelakunya. Kalau keduanya merasakan kenikmatan, itu bukan perkosaan namanya, tapi hubungan seks. Bagi saya, perkosaan itu bukan soal libido. Libido muncul kadang tanpa diundang, tetiba saja muncul tanpa direncanakan. Namun perkosaan tidak mungkin tidak terencana. Memangnya tidak butuh daya upaya untuk melakukan perkosaan? Perkosaan bukan urusan libido. Jelas. Misalnya saya melihat pria dengan bibir seksi dan wangi, yang membuat saya berimajinasi ingin segera mengecup basah bibir seksinya dan melucuti pakaiannya, bukan berarti lantas saya menarik pria seksi itu ke semak dan memerkosanya di sana. Tentu saja saya punya libido saat melihat pria seksi, memangnya libido cuma punya laki-laki?! Misalnya lagi, saat perempuan-perempuan kaukasoid berjemur hanya dengan bikini di sepanjang Kuta, tak ada kurang seksinya. Tetap saja tidak lantas ada serombongan pria yang langsung bernafsu

Rindu

Aku rindu jam 3 sore saat aku bersiap menyiapkan raket menuju lapangan tenis. Kala itu angin kemarau begitu kering, Ibu menyiapkan air hangat untuk mandi adik, dan ayah belum di rumah. Aku rindu tanah merah becek dan mobil tua ayah. Rumah kami yang seadanya masih akan ditambah bakal anak perempuan dalam perut Ibu. Aku selalu berpikir keluarga ini terlalu besar. Betapa kasihan adik-adik harus lahir di dunia yang penuh kegelisahan ini. Namun aku tak pernah menyesali kelahiran mereka. Aku menyesali kelahiranku. Aku rindu kembang ungu yang tak kutahu apa namanya pada genggam jemari kala menyusuri sungai di dekat rumah. Pada sungai itu adik laki-laki memancing dengan alat pancing buatan sendiri yang apa adanya, menarik ikan-ikan kecil yang juga apa adanya. Dan aku berjalan sejauh mungkin menyusuri sungai, mengikuti alir, sambil memandang takjub capung berbagai ukuran dan warna mengitari ilalang yang meletup di tengah sungai. Ayah main gila dengan perempuan entah siapa, dan ibu mengur

gelisah

Tiap kata-kata adalah kegelisahan. Tiap kata-kata adalah jalan keluar dari gelisah. Aku gelisah lalu terciptalah kata-kata. Atau mungkin kata-kata yang menciptakan jutaan gelisah dalam kepalaku. Seluruh kegelisahan ada di sini. Gumaman-gumaman yang meloncat, kata-kata yang berserak, kalimat yang berhambur, begitu saja muncul. Tak perlu kupedulikan bagaimana bentuknya, tak pernah kupikirkan enakkah dia dibaca. Karena ini semua ulah gelisah. Aku gelisah pada masa depan, gelisah pada masa lalu, gelisah pada hubungan silam, gelisah pada manusia yang menawarkan hubungan-hubungan baru, gelisah pada ibu, gelisah pada perusahaan pembalak hutan, gelisah pada kasus perkosaan, gelisah pada keinginan sekolah, semua hal berputar pada kegelisahan. Kegelisahan-kegelisahan ini mengambil kendali atas emosi, atas kelenjar air mata, atas jemari, otak, hati, kemaluan, seluruh tubuhku. Seperti sedang berkendara lalu seseorang mengambil alih kemudi. Dan kau tak tahu lagi dia akan ke mana. Setiap

rintik hujan

Serintik hujan gugur di jendela kamar Katanya mencari ibu hujan                 yang tak lagi tahu di mana suaminya berada Rintik hujan berkeras meringsek ke dalam kamar Dia pikir ada genangan di sana                 yang menyimpan jejak ibu hujan Maka ia tak pernah menemukan genangan                 atau kenangan terjebak pada cangkir, yang kau hempaskan ke sudut kamar

2013: Petualangan Pertama

Image
Malam terakhir 2012 dan dini hari pertama 2013 kemarin sangat seru. Bermula ketika sampai di depan kos, ternyata telepon genggam raib. Tidak lagi di saku jaket. Pertama-tama yang dilakukan adalah menelusuri jalan yang dilalui dari Gambir-Kuningan. Di tengah perjalanan muncul keteringatan mengenai aplikasi pelacakan telepon genggam bernama find my iphone. Di sini petualangan dimulai. Seorang teman dengan sangat baik hati melacak keberadaan telepon genggam, memandu saya dari kamarnya yang saya bayangkan begitu nyaman dari pada aspal pukul 12.30 dini hari. Pelacakan pertama, telepon genggam berada di sekitar taman menteng. Saat asik menyisir parkiran toko ritel di depan taman menteng, teman berkata, pelacakan GPS menunjukan telepon genggam bergerak ke arah pojokan jalan Indramayu. Mungkin setengah jam saya bolak balik di pojokan jalan indramayu. Seorang anak muda tampak gelisah dan mencurigakan. Saat saya mencoba menghubungi telepon genggam, dia tetiba mengeluarkan telepon gengg