Posts

Showing posts from December, 2012

Pada suatu pagi yang biasa

Image
Pada suatu pagi yang biasa cericip burung gereja membawa guguran gerimis nafasmu pada daun telinga seperti matahari yang tumbuh pada kita hingga satu satu daun menghijau Ranting mengetuk hari agar bersegera siang dan kita dipaksa dewasa              saat masih ingin menetek pada perempuan tua               yang kita panggil mama. Pada Suatu Pagi yang Biasa pencil on paper

industri perbankan syariah lebih pesimistis dari BI

JAKARTA--Asosiasi Bank Syariah Indonesia menetapkan target pertumbuhan aset tahun depan lebih pesimistis dibandingkan dengan target bank sentral yang memperkirakan pertumbuhan 36%--58%. Ketua Umum Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) Yuslam Fauzi mengungkapkan industri perbankan syariah diperkirakan tumbuh 25%--30% pada tahun depan. Dia mengungkapkan tanpa adanya tambahan dukungan dari pemerintah maka perkembangan industri syariah belum akan signifikan. "Dengan kondisi seperti ini market share juga tidak akan melonjak. Harapan porsi tahun depan sekitar 5,5%. Sebab itu kami berharap support dari masyarakat luas dan terutama pemerintah. Kalau BI [Bank Indonesia] selama ini sudah sangat mendukung," ujarnya Rabu (19/12). Sebagai Direktur Utama Bank Syariah Mandiri (BSM) Yuslam memperkirakan aset, dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan perseroan dapat bertumbuh sekitar 20%--25% pada 2013. Meski di bawah perkiraan bank sentral, tetapi dia menilai target tersebut cukup

5 cm

Image
5 cm ini adalah film yang lucu dengan joke segar dan tingkah konyol yang tampak alami. Semua karakter mudah sekali dicintai. Rasanya dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sampai di gerbang Tengger-Bromo-Semeru kita pasti iri sama mereka. Yudi Datau jago betul melempar warna-warna cantik dari gunung. Siapapun yang nonton pasti jadi pengen naik gunung juga. Sayang gambar supercantik itu ga sejalan dengan pengolahan cerita yang apik paska melewati gerbang. Jalan cerita tidak berkembang, dan konflik terkesan dipaksakan. Jadinya sejak mereka sampai di gunung hingga pendakian berakhir, berasa sedang nonton advertorial wisata Indonesia dengan pesan-pesan propaganda cinta tanah air. Perubahan di sini drastis betul. Kayak ada mobil di samping kanan yang tetiba belok kiri tanpa ngasih lampu sen. Film yang tadinya konyol dan bernuansa cinta-cintaan, langsung ganti tema jadi cinta tanah air. Persoalan tema sih ga akan jadi masalah kalau berjalan mulus dan pelan-pelan, yang bikin perubahan

Hal-hal yang Terlewat

Rabu siang Ibu mengirim pesan singkat: Teh, doain mama ya biar sehat. Seumur 25 tahun, ini pertama kalinya Ibu mengirim pesan semacam itu. Meski ditelepon dia berkata baik-baik saja, pasti ada yang tidak beres. Lagi pula di Indonesia ini, mana ada yang bilang dirinya tidak baik-baik saja. Baik-baik saja adalah jawaban standar dari semua pertanyaan: Apa kabar? Malamnya adik mengirim pesan singkat yang intinya mengatakan: Mama struk. Maka saat matahari masih dingin di timur, aku sudah di rumah. Ibu terserang TIA, kata dokter-dokter Malaysia ini. Aku tidak betul-betul paham arti kata iskemik dari serangan iskemik sesaat yang menyerang Ibu. Satu-satunya yang paling mudah dipahami dari ucapan dokter adalah, otak ibu sudah diserang stroke. Ini bukan pertanda baik. Google menemukan beberapa situs yang membantu untuk semakin khawatir. Stroke iskemik  ini kalau terlambat ditangani akan menyebabkan semakin banyak jaringan otak yang tidak lagi berfungsi sehingga bisa berpengaruh pada

Kriminalisasi Pembeli Seks?

Image
Saat melintasi trotoar sekitaran Bundaran HI kemarin sore, saya dicegat reporter dari PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia), entah mewakili PKBI Indonesia, atau PKBI Jakarta. Reporter ini bertanya mengenai kriminalisasi pembeli seks. Dari caranya bertanya, dia kelihatan ingin betul menyuruh saya berkata: ya, saya setuju pada kriminalisasi pembeli seks. Masnya: Mb, setuju tidak pada kriminalisasi pembeli seks? Saya: lah, kenapa harus dikriminalisasi? Dia: Kenapa tidak? Saya: Itu kan hukum ekonomi, ada supply, ada demand. Ada demand ada supply. Kalau aku punya uang, aku ingin beli handphone, dan ada penjual, kenapa aku ga boleh beli? Aku kan ga nadah? Selama si pembeli juga beli dengan fair, ikut "aturan", misal pakai kondom, tidak melakukan kekerasan, ya hal-hal semacam itu, kenapa harus dikriminalisasi mas? Aku malah ga ngerti logikanya ni. Persoalan pembeli dan penjual seks memang lebih rumit dari pada persoalan membeli telepon genggam. Namun mengkrimi