sampah


Malam ini aku punya san miguel dan sakit perut hari pertama. Jadi, marilah kita bicara soal sampah.

Sampah kali ini adalah soal hubungan. Aku pernah punya tiga hubungan serius. Ketiganya berusia 2,5 tahun--3 tahun. Ketiganya aku yang menyudahi. Bukan karena aku bosan, bukan karena pertengkaran, semuanya karena kebohongan dan perempuan lain. Haha, jelas mudah ditebak, aku bukan orang yang kompromi atas dua hal itu.

Hubungan pertama, pasangan mungkin 11 tahun lebih tua. Ah, lupa juga berapa pautan usia kami. Yang pasti dia jauh lebih tua, tetapi juga tidak jauh lebih dewasa.

Hubungan pertama ini tadinya selesai ketika aku menemukan dia berduaan di kamar dengan perempuan lain. Seriusan berduaan. Pacar yang ini sih emang tipe anak band brengsek yang suka mabok dan mainin groupiesnya. Hell yeah, he has groupies. Meh. Haha

Tapi ya namanya aku masih anak kecil bodoh, balikan lah  kami. Dan si mantan ternyata masih saja berhubungan sama perempuan ini. Juga perempuan lain waktu-waktu kemudian. Aku ga tau sih berapa selingkuhannya. Yang ketemu cuma dua.

Bisa ditebaklah akhirnya bubrah.

Pacar kedua ga selingkuh sih. Namun dia melakukan kebohongan yang bodoh. Saat dia sudah mulai bekerja sebagai peneliti di lembaga pemerintah di Jakarta, dan aku masih di Jogja, dia main berdua saja dengan seorang perempuan.

Mantan saat itu bilang dia pergi main-main dengan teman-teman SMA-nya. Artinya jamak. Sampai kutemukan dia pergi berdua saja, melalui facebook (terima kasih Zukernberg). Ini percampuran intuisi dan kebetulan yang luar biasa. Haha.

Selesai sudah. Orang seperti aku mana mau dengar penjelasan untuk hal-hal semacam itu. Maksudnya, kudengar juga saat dia menjelaskan, tapi keputusanku ini sehakiki keputusan dewan juri, tidak bisa diganggu gugat oleh alasan-alasan, dan pembelaan diri.

Pacar terakhir, juga tidak melakukan perselingkuhan. Hanya saja dia banyak tidak menceritakan hal-hal yang sebenarnya hanya demi pergi makan dengan perempuan lain.

Katanya hanya menemani beli roti, ternyata makan gultik, dan aku menunggu sampai jam 10 malam untuk makan malam dengan mantan (yang waktu itu masih pacar). Makan malam setelah dia makan malam dengan perempuan itu. Dafuq.

Atau kali lain, dia suruh tunggu di tempat ngopi jam 8 malam. Jam 8 katanya, maka aku skip kelas yoga pukul 7.30 karena sudah terlanjur janji. Ternyata dia baru datang jam 10. Dia bilang lupa waktu karena terlalu asik mengobrol dengan teman-teman. Iya sih mereka bertiga, tetapi, sudah terlambat hampir 2 jam, masih sempat juga dia mengantar pulang perempuan itu terlebih dahulu.

Sampai saya dengar perempuan itu juga meminta mantan untuk tidak memberi tahu saya setiap kali mereka pergi berdua (katanya untuk menjaga perasaan saya. Lah, kalau tidak ada apa-apa ya harusnya santai saja, tidak perlu sembunyi-sembunyi, tidak ada perasaan yang perlu dijaga). Dan mantan membela si perempuan. Jelas ada yang salah dan sebaiknya sudah saja.

I don't believe ignorance is a bliss. For people like me, I believe you should tell the truth because I won't mind. I won't mind if you hike a mountain for couple of days with your friend who is girl, just two of you. I won't mind if you having dinner with a girl. It's only a dinner though, everybody needs to eat, right?

To telling me the truth is like saying: there's nothing to hide, don' t worry. So i won't wory.

But I will worry when something is hid. Cause having no boyfriend is better than being fooled.

You know what, even central bank asking the industry to be more transparent. Why won't  people do the same. To hide nothing as much as you could.

Tidak ada moral cerita sih dari posting ini. Pengen nyampah aja. Haha



Ps: They are (my exes)  not bastard, we just simply didn't match in a love relationship.

Comments

  1. Zuckerberg, typo...
    Hak Kepo juga semacam Hak Veto masing2 orang, hehe...
    Menurut analisisku atas namamu, seharusnya bulan ini peringatan hari lahirmu. Mungkin...mungkin lho...kamu pengen merayakan, atau sekedar mengajak aku ke Taco...(lagi)...
    Salam typo, kepo, veto, taco! :))

    ReplyDelete
  2. Indeed, ignorance is not bliss. It's just lazy borderline stupid. =P

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Seminggu tanpa sabun dan sampo

Let’s talk about casual internalized racism in this island

Mimpi