Posts

Showing posts from November, 2012

Pak Menteri dan Wartawan

Pekan lalu mailing list menerima transkrip ucapan seorang menteri, yang katanya melecehkan profesi wartawan. Begini isi transkrip ucapan pak menteri itu: “...Wartawan itu harus diajak bergerak. ,, Wartawan itu, apa yang didengar itu yang ditulis. Kalau trus gak dengar apa-apa dia gak nulis apa-apa (suara hadirin tertawa). Dipengaruhi orang-orang lain itu yang ditulis. Kacau sudah. Kita yang kacau. Tetapi kalau diterangkan sama wartawan ajak makan siang wartawannya, kumpulkan sepuluh orang, terangkan, terangkan, sekali belum mengerti, dua kali, dua klai belum ngerti, lima kali, lima kali belum ngerti, sepuluh kali. Sampai dia ngerti betul. Baru muat. Begitu dimuat, periksa muatannya, sudah benar belum. Kalau mau, kasih hadiah. Kalau gak mau kasih gak apa-apa, tetapi kebangetan (hadirin tertawa gemuruh). Masa, segede BP Migas gak pernah mau kasih hadiah...” Seorang teman menanggapi hal itu. Katanya saat awal menjabat di Kementerian yang strategis ini, setelah sebelumnya menjadi me

Bagaimana kalau kehidupan modern ini dekadensi peradaban?

Pagi tadi ketika berjalan kaki sepanjang Rasuna Said, tiba-tiba saya merasa gedung yang menjulang dan asap tebal di kiri kanan ini jangan-jangan adalah dekadensi peradaban. Seperti kata Lemn Sissay , bagaimana kalau hal-hal yang kita anggap kemajuan, justru adalah kemunduran? Apa iya, hidup “modern” adalah lebih baik dari kehidupan di pinggiran hutan dengan udara segarnya? Kenapa orang kota sering kali sok, merasa bahwa lebih modern adalah lebih baik dan bak pahlawan menawarkan cara hidup baru bagi suku-suku di pedalaman? Apakah iya, menjadi lebih modern dan berkejaran dengan waktu adalah lebih baik dari pada menunggu babi masuk dalam jerat? Mengapa Suku Anak Dalam, Suku Sasak, Suku Asmat, dipaksa modern? Diberi pakaian gaya orang-orang di kota, dibuatkan sekolah formal dengan kurikulum Kementrian Pendidikan. Apakah ilmu dari pendidikan sekolah formal dapat membantu mereka mendapatkan buruan yang lebih baik? Atau, jangan-jangan sekolah dan segalanya itu adalah persiapan agar

Keluh

Image
Kelas 1 SMA, setelah membaca Ironi Satu Kota Tiga Tuhan: Deskripsi Jurnalistik dari Yerussalem, karangan T Taufiqulhadi, seketika saya ingin menjadi wartawan. Buku itu mengubah cara pandang saya soal agama, dan beragama dalam kehidupan sehari-hari. Saya jadi merasa apa-apa yang ditulis wartawan, dan dibaca banyak orang berdampak besar terhadap pengetahuan kolektif. Bahkan seorang pemikir yang saya lupa namanya pernah bilang: mayarakat pintar kalau mereka punya wartawan dan media yang cukup cerdas untuk mencerdaskan. Ga gitu juga sih omomgannya. Lebih-kuranglah. Bukan cita-cita yang mulia kata ayah. Namun setelah 10 tahun sejak tercetusnya ide itu, jadi wartawan juga akhirnya. Saya begitu suka jadi wartawan. Belajar banyak hal setiap hari, bertemu hal-hal baru setiap hari. Cari-cari data di internet dan perpustakaan (beberapa orang menggunakan kata riset, bagi saya ini terlalu cemen untuk disebut riset. Toh cuma mengumpulkan data ecek-ecek), konfirmasi ke narasumber, bertemu d

Apa yang saya tahu soal ayah?

Image
Salah satu bab favorit dalam Wind-Up Bird Chronicle karya Haruki Murakami dibuka dengan: "Is it possible, in the final analysis, for one human being to achieve perfect understanding of another? We can invest enormous time and energy in serious efforts to know another person, but in the end, how close can we come to that person's essence? We convince ourselves that we know the other person well, but do we really know anything important about anyone?" Seberapa jauh kemampuan kita mengenal orang setelah kita menginvestasikan waktu dan tenaga bertahun-tahun, atau bahkan puluhan tahun? Seperti sebuah gedung besar, apakah sampai mati kita cuma bisa menyambangi satu-dua ruangan di dalamnya, ataukah pada akhirnya kita berhasil mengenali setiap sudut, setiap ruang rahasia, setiap sarang laba-laba di dalamnya? Beberapa edisi cover wind-up bird chronicle. Yang masih edar Indonesia yang vintage kayaknya (kanan atas). Kemarin Ayah harusnya berulang tahun, entah yang ke

rencana akuisisi 2012 tak mulus

JAKARTA--Setidaknya ada empat bank yang mengajukan keinginan untuk mengakuisisi lembaga lain dalam rencana bisnis bank 2012. Namun hingga 2 bulan menjelang tutup tahun rencana tersebut belum lagi terealisasi. Keempat bank yang dimaksud adalah PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) yang hendak mengakuisisi perusahaan sekuritas. Selain itu PT Bank Mandiri Tbk juga berminat membeli bank, sedangkan PT Bank OCBC NISP Tbk berharap memiliki perusahaan pembiayaan (multifinance). Dari keempat bank tersebut hanya Bank Mandiri yang mengaku masih optimistis dapat merealisasikan sebelum tutup tahun. Namun pernyataan itu pun tidak dilontarkan dengan jelas dan masih mengambang. "Saya tidak mengonfirmasi demikian [realisasi tahun ini]. Saya katakan tunggu saja, mudah-mudahan kami bisa mengumumkan sesuatu sebelum akhir tahun ini. Namun belum pasti, tetapi mudah-mudahan bisa," ujar Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini, Senin pekan lalu (12

Atambua 39' C, karena setiap tempat berpagar bisa berubah jadi negara*

Image
Siang kemarin saya menulis di twitter: "Atambua 39 derajat celsius bagus banget!" Beberapa menit kemudian saya mendapat dua reply dari seorang teman yang mempertanyakan dua hal: pertama dia tidak mengerti mengapa saya bilang itu film bagus banget. (Meski dia merasa film ini memiliki pesan bagus, agaknya dia tidak merasakan nikmat yang saya dapat.) Kedua dia mempertanyakan apa hubungan 39 derajat celsius dengan film garapan Riri Riza itu. Saya sih penonton bodoh yang serta merta menyebut suatu film adalah bagus ketika saya merasa nikmat, ya sudah begitu saja. Tidak usah dipikir lagi. Namun, setelah ditanya, penasaran juga. Apa hubungannya 39 derajat celsius, dan kenapa saya bisa begitu nikmat menonton itu. Pertama-tama, saya googling. "what happen to you when your're body temperature is 39 degrees celsius" dan "what lays in 39 degrees celsius" Jawabannya memuaskan, 39 derajat celsius adalah titik kritis demam tinggi sebelum mengalami keja

Rencana Kematian Perseroan

Keruntuhan Lehman Brothers yang meninggalkan US$613 miliar utang, dan US$639 miliar aset, termasuk US43 miliar dalam bentuk properti menyebarkan kekhawatiran ke seluruh dunia. Guna menghindari hal serupa terulang, pada pertengahan tahun ini sembilan raksasa keuangan Amerika Serikat baru saja mendaftarkan rencana kematian perseoran, tidak hanya kepada otoritas, tetapi juga kepada publik, sebagaimana dicetuskan oleh Dodd-Frank pada 2010. Kesembilan lembaga tersebut adalah JPMorgan Chase, Bank of America, Goldman Sachs, Citigroup, Morgan Stanley, Barclays, Credit Suisse, Deutsche Bank, dan UBS. Adapun selain kesembilan perusahaan, otoritas juga mewajibkan lebih dari 100 lembaga keuangan lain untuk mengajukan laporan rencana kematian. Rencana kematian yang diserahkan kepada regulator Amerika Serikat tersebut berisikan langkah-langkah yang dapat ditempuh negara dalam menutup perusahaan besar yang berpotensi mengganggu sistem perekonomian tanpa harus menggunakan dana talangan atau yang

sedih

Image
Penyakit menstruasiku adalah sakit perut setengah mati, atau pegal-pegal. Keduanya tidak terlalu masalah. Kalau kumatnya kebangetan dan sampe mau bunuh diri rasanya, masih ada obat pereda nyeri dengan dosisi 150 mg dari dokter kandungan. Masalahnya kalau penyakit yang datang menjangkiti mood, biasanya bawaannya seperti orang depresi, mewek-mewek seharian, merasa paling bodoh sedunia, merasa ga ada yang peduli, dan pengen loncat dari atas gedung lantai 33. Kenapa 33? Ya gapapa, suka-suka dong. Kalo uda gini, mana ada obatnya. Kecuali minta obat penenang kali ya. Malam ini, di tengah menemani teman berkeliling di pameran komputer, saya disergap sedih. Kesedihan luar biasa tentang mantan pacar dan perempuan itu. Padahal sehari-hari juga uda ga peduli lagi. Begitulah kerjaan hormon. Sampai kos, saya mewek-mewek dan berulang kali dengan impulsif mencoba menghubungi mantan. Haha. Shit happens. Untung masih punya pikiran waras yang bilang: mending ngegambar deh dari pada mewek mewek.

sampah

Malam ini aku punya san miguel dan sakit perut hari pertama. Jadi, marilah kita bicara soal sampah. Sampah kali ini adalah soal hubungan. Aku pernah punya tiga hubungan serius. Ketiganya berusia 2,5 tahun--3 tahun. Ketiganya aku yang menyudahi. Bukan karena aku bosan, bukan karena pertengkaran, semuanya karena kebohongan dan perempuan lain. Haha, jelas mudah ditebak, aku bukan orang yang kompromi atas dua hal itu. Hubungan pertama, pasangan mungkin 11 tahun lebih tua. Ah, lupa juga berapa pautan usia kami. Yang pasti dia jauh lebih tua, tetapi juga tidak jauh lebih dewasa. Hubungan pertama ini tadinya selesai ketika aku menemukan dia berduaan di kamar dengan perempuan lain. Seriusan berduaan. Pacar yang ini sih emang tipe anak band brengsek yang suka mabok dan mainin groupiesnya. Hell yeah, he has groupies. Meh. Haha Tapi ya namanya aku masih anak kecil bodoh, balikan lah  kami. Dan si mantan ternyata masih saja berhubungan sama perempuan ini. Juga perempuan lain waktu-waktu k