Bosan


Nafasmu naik turun, seirama rusuk tempatku bersandar. Kau begitu kurus, lebih nyaman bersandar pada tembok di belakangku, tapi tembok tak hangat.

Tembok juga tak memiliki bau khas ini. Bau yang sama saat pertama kali  peluhmu ada di ranjangku, satu tahun lalu.

Sudah satu tahun rupanya. Saat itu kita begitu canggung. Sekarang? Mungkin sedikit canggung, tapi tak sebanyak dulu.

Kita tak lagi bingung kapan harus memulai, tak lagi bingung harus mencari bahan pembicaraan. Tak lagi ada basa basi.

Sekarang aku bosan dengan semua yang aku tahu soal dirimu. Bosan pada obrolan ranjang, pada bibir yang basah karena berpagutan, bahkan bosan pada pakaian yang harus kulucuti.

Ah, mungkin kita butuh sedikit udara segar, bagaimana kalau cuti sebentar, biar senja yang menentukan kapan ini semua harus dimulai (lagi).

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi

Ustad yang berfikir dengan penisnya

Takut