Ibu pada Kemarau
Kemarau menyergap
ke celah mimpi ibu
menyelinap lewat
baris-baris kata dalam koran
yang
berhamburan huruf-hurufnya
menina-bobokan
mimpi ibu
agar tak satupun
mimpi terjaga
lalu satu per satu
mimpi pun tertidur.
Lalu kemarau
mericik pada tiap paru yang kembang-kempis
memompa gersang
menuju vena
hingga ke jari
manis ibu yang membelai adik
lalu melahirkan
air pada pipi-pipi ibu
Ibu pernah
mengurai kemarau bertahun lalu
menghamilinya
dengan bergalon air tanah
katanya dia tak
akan kalah
pada kemarau, atau
salju
dia mengada-ada,
mana ada salju di lahan gambut.
Tapi ibu
masih menyerok
setiap hamburan kata-kata dari koran yang pernah dibaca ayah
menanaknya
diam-diam
untuk bekal
anaknya bersekolah
biar kami tak
berkecil hati meski hanya makan kata-kata.
Comments
Post a Comment