Posts

Showing posts from September, 2012

miss mermaid and little fella

Image
There's always a first of everything. So, this is my first sketch using marker. I was thinking about a red hair mermaid just like Ariel the little mermaid. But, I'm running out of red marker, and all the green varians, also the light blue, yellow... ok, almost all the colors! And the rest of the markers are almost dry. So, I just use what colors left. Problem #2, I just tidy up my room the day before. So I dispose all my used paper. But, lucky me, i still have this shopping receipt from the body shop the day before. Then I started to draw with those almost-dry-markers, and the shopping receipt paper. This is it: miss mermaid and little fella

Ibu pada Kemarau

Kemarau menyergap ke celah mimpi ibu menyelinap lewat baris-baris kata dalam koran                              yang berhamburan huruf-hurufnya menina-bobokan mimpi ibu agar tak satupun mimpi terjaga lalu satu per satu mimpi pun tertidur. Lalu kemarau mericik pada tiap paru yang kembang-kempis memompa gersang menuju vena hingga ke jari manis ibu yang membelai adik lalu melahirkan air pada pipi-pipi ibu Ibu pernah mengurai kemarau bertahun lalu menghamilinya dengan bergalon air tanah katanya dia tak akan kalah pada kemarau, atau salju dia mengada-ada, mana ada salju di lahan gambut. Tapi ibu masih menyerok setiap hamburan kata-kata dari koran yang pernah dibaca ayah menanaknya diam-diam untuk bekal anaknya bersekolah biar kami tak berkecil hati meski hanya makan kata-kata.

Perkenalkan, temanku bernama depresi

Sejak akhir 2010 sampai paruh awal tahun ini, aku keluar-masuk rumah sakit. Secara klinis aku vertigo, juga pendarahan dari anus yang tak kunjung berhenti. Beberapa kali juga mencret-mencret luar biasa, sampai turun 4 kg dalam 1 minggu. Secara klinis, aku sakit. Namun dokter tak pernah menemukan akar dari segala penyakit itu. Namun aku tahu, itu depresi. Waktu SMA aku pernah punya gejala yang sama, guru konseling di SMA juga curiga pada depresi. Sesuatu yang tak pernah diundang, entah kapan dia datang, dan terus saja bercokol tak kunjung pulang, entah ke mana pun dia berasal. Berulang kali rasanya mau mati. Bahkan sudah mendaftar obat apa saja yang bisa menyebabkan kematian. Padahal, secara "normal" hidup baik-baik saja. Biaya hidup bisa ditanggung sepenuhnya oleh gaji, bahkan masih bisa menabung reksadana dan mengirimi Ibu setiap bulan. Terdaftar di pusat kebugaran, dan masih bisa jalan-jalan meski tak mewah. Sama sekali tak ada yang salah. Tapi semuanya terlihat sa