Berita Halaman 3
Siang tadi, di Bandara Soekarno Hatta, saya bertemu dengan seorang buruh migran asal Wonosari yang sejak 1999 membawa devisa ke Indonesia dari di Hongkong. Kami bertukar cerita, tepatnya dia bercerita soal betapa cantiknya Hongkong, dan saya mendengarkan sambil menyantap gudeg mahal a la bandara dengan rasa yang ditolak lidah. Kalau hanya melihat sepintas, secara materi ibu yang berasal dari Wonosari ini mungkin potret buruh migran di sektor informal sukses. Kopernya Louis Vuitton (saya tak memiliki kemampuan mendeteksi asli-tidaknya), tas backpack dan handbag-nya juga bukan tas yang dibanderol dengan harga murah. Gaya berpakaian ibu berambut pendek ini juga tak kalah jika dibandingkan dengan ibu-ibu kaya di komplek kos waktu di Jogja. Make-up natural, blus berwarna cerah namun tak mencolok, dengan wedges yang nampak nyaman dan berkelas meski sederhana. Siapa yang sangka dari Wonosari dia ke Hongkong untuk menjadi pekerja rumah tangga? Logat Jawa-nya yang medok, sudah mengintern