Kita yang Liyan


"Ih sayang, kamu mah idungnya pesek."

"Lah, kamu juga. Ya uda berarti aku besok kalo mau punya anak mancung kudu dibuahi ama bule apa arab, dan semoga gen peseknya resisten ya. ahahha..."

"Bule mah seneng kalo dapet kamu."

"Kenapa emangnya?"

"Soalnya kamu eksotis."

-------
Beberapa tahun lalu, saat pertama mendengar kata eksotis, saya langsung mencari-cari artinya di KBBI. Kala itu saya temukan artinya: aneh, ganjil.

Belakangan penggunaan kata eksotik lebih sering digunakan untuk mendeskripsikan kelompok ras tertentu yang berkulit cokelat dan dianggap menarik dalam ukuran tersendiri secara subjektif. Terdengar berkesan positif?

Entahlah, tetap ada beberapa hal yang mengganggu.

Kata eksotik merujuk pada sesuatu yang khas, ganjil, berbeda, hal-hal yang tidak biasa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari para pengguna bahasa asli, dalam hal ini ras kaukasoid yang berbahasa inggris.

Artinya orang-orang eksotik yang dimaksud adalah liyan (the others). Maka kecantikan yang eksotik adalah kecantikan yang liyan.

Dengan kata lain, kata eksotik membagi ruang, seperti menarik garis batas antara mana bagian kehidupan yang "normal" dan mana yang "ganjil", apa yang "kita" dan apa yang "mereka".

Sedikit termaafkan bagi kaukasoid yang menganggap orang Asia adalah liyan. Sesuatu yang tidak biasa mereka temukan sehari-hari, sesuatu yang berbeda dari mereka.

Maka, seharusnya yang eksotik bagi orang Indonesia adalah ras kaukasoid itu sendiri. Dari sudut pandang Asia, mereka berbeda. Namun kenyataannya mengapa mereka tidak menjadi eksotik dan yang eksotik tetaplah kita. Lalu kita terjebak memanggil sesama kita dengan sebutan eksotik.

Kita, orang Indonesia, mungkin sudah terjebak dalam cara berpikir ras kaukasoid. Kita berbicara seolah kita adalah kaukasoid itu sendiri, lalu mengganjilkan diri kita sendiri.

Saya tidak sepakat dengan penggunaan kalimat ini, tetapi orang yang berapi-api akan menggunakan kata kita terjebak dalam hegemoni berpikir asing. (ngok!)

Saat menggunakan kata eksotik, bukankah berarti kita sedang meliyankan diri kita sendiri? Apakah itu berarti liyan kini sudah menjadi diri (self), dan diri adalah liyan itu sendiri?

-----------
"Ah, ya udah sayang, dari pada susah, aku aja deh yang buahin kamu. Biarin pesek juga!"

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Mimpi

Teman Perempuan

Addressing Climate Crisis with Ummah