Posts

Showing posts from March, 2012

Self portrait: Half of Me

Image
is it me that I know is a full version of me, or just my A side, which I haven't discover the B side yet? Am I a crowded house, a body full of anything, so I can't really know one by one well. Or am I just an empty nest which nothing inside? another self potrait: Half of me. oil pastel on paper.

The Raid: Serbuan Absurd

Image
Berminggu lalu saya menemukan banyak komentar superpositif soal The Raid. Jadilah saya penasaran, berekspektasi tinggi, lalu kecewa. Kesalahan utama menonton adalah berekspektasi. Saya melakukan kesalahan itu, maka tak ayal pasti kecewa. Jalan cerita The Raid, mirip betul sama cerita pembuka salah satu film Jackie Chan yang entah apa judulnya saya lupa. Satu set polisi muda gagah, satuan khusus dengan skill khusus, menyerbu sebuah gedung. Lalu satu per satu mati mengenaskan. Bedanya di film Jackie Chan, yang selamat adalah sang ketua tim: Jackie Chan itu sendiri, si tokoh utama. Sedangkan dalam The Raid, survival of the fittest adalah dua orang anak buah. Tapi yasudahlah, saya ga akan sampai pada kesimpulan siapa menyontek siapa. Apa sih yang betul-betul orisinil dalam dunia yang sudah jutaan tahun ini? Bahkan kloning saja sudah berhasil dilakukan pada banyak jenis hewan selain Dolly si domba. Saya sadar betul, dalam film yang menjual aksi tarungnya, maka jangan terlalu berha

Monster saya

Image
Denk dir ein großes Tier und denk es dir noch schlimmer. Kannst du mein Monster halten? Saya percaya semua orang punya monster dalam dirinya. Saya juga percaya bahwa kita tidak bisa selalu menghindari monster kita masing-masing. Pada akhirnya yang terbaik adalah mengenali monster itu, lalu berteman. Membunuh monster dalam diri kita mungkin sulit, karena kita adalah monster itu snediri. Namun kalau sudah kenal, bukankah kita bisa lebih mudah untuk saling mengendalikan? Maka saya putuskan untuk mengenali dan menganalisa monster saya. Monster saya adalah penolakan. Saya sangat sensitif dan emosional terhadap penolakan. Imbasnya, saya takut berinisiatif dalam mengajukan ajakan. Saya rasa monster penolakan ini sudah ada sejak saya masih berbentuk fetus. Meski tak pernah ada yang menceritakan secara gamblang, tetapi saya tahu bahwa orang tua sudah memiliki saya sebelum mereka menikah. Di Indonesia, akhir 80an--bahkan hingga saat ini--orang tidak membicara

Saya sih setuju penghapusan subsidi, tapi...

Ada banyak alasan positif bagi saya untuk mendukung pengurangan subsidi bagi bahan bakar minyak (BBM). Saya bukan ahli ekonomi, tentu saya tak akan berbicara mengenai angka defisit maksimal 3% serta perhitungan ekonomi makro lainnya. Karena tanpa saya jabarkan pun sudah banyak penjelasan ahli bahwa pengurangan subsidi BBM sangat diperlukan dalam perhitungan ekonomi makro serta pertumbuhan perekonomian dalam skala yang lebih panjang dan lebih sustain. Bagi saya, masalah utama bangsa kita ini bukan subsidi bahan bakar minyak (BBM), tapi korupsi dan persoalan infrastruktur. Kalau kedua soal itu sudah kelar, fluktuasi harga BBM mengikuti harga minyak mentah mungkin ga akan terlalu jadi masalah (meski, terbayang juga kenaikan harga, pertumbuhan inflasi, lalu jumlah masyarakat miskin yang bertambah). Tentu korupsi masalah, sudah tidak perlu dibahas lagi. Saya yakin semua program pemerintah pasti akan dipercaya dan direspon lebih positif jika tidak ada penyelewengan. Tanpa korupsi, angga

Sajak Ibu

Kelak Ibu kan menjahit sajak-sajak lusuh yang terlipat dalam lemari baju,  hingga ia temukan ayahku. "frasa-frasa yang subur menghambur, tak akan pernah gugur," ujar ibu yakin. Mungkin meyakinkan dirinya sendiri. Sampai ia temukan aksara yang berlompatan, kabur dari koran yang membaca ayah kala subuh reda. Lalu ibu menunggu Menyiangi pilu, (karena waktu membuat anak-anak cukup dewasa  untuk menjerang kata-kata mereka).  dan rindu,   yang terkumpul jadi satu. Kami tahu tak ada yang lebih berharga dari bacot suci ibu.

teringat ibu

Aku menangkapi gerimis dari matamu. "Kadang hidup terlalu panjang, kadang terlalu singkat ketika menghadapi anak-anak sendirian," ujarmu. Lalu kau meratapi diri, "Memang sudah nasib, saat lahir ditinggal ayah, saat menikah ditinggal anak, menjelang tua ditinggal suami." Membuatku merasa jadi anak paling beruntung sedunia. Karena mengenal ayah hingga usia 22. Rambutmu sudah berhias uban, sudut matamu mengundang kerut. kau katakan kantung-kantung perutmu sudah terisi lemak, celanamu mulai sesak. "usia begini, sebaiknya bertambah lemak supaya tidak terlihat susah." Susahkah kau, Ibu? Masihkah aku menyusahkanmu, Ibu? Kau hanya berkata "Memiliki anak berbeda dengan memiliki orang tua. Anak adalah sesuatu yang diharap-harap. Seberapa menyusahkannya pun tetap menjadi harapan. Namun orang tua, tak ada yang memilih orang tua, tak ada yang diharap-harap. Lalu tiba-tiba menjadi kewajiban anak mengurus tubuh ringkih yang tak bisa apa-apa i

Jale Retail Vs Jale Korporasi

Pada kelas-kelas sekolah maupun perkuliahan, apapun pelajarannya, tentu kita diajari untuk jujur dan tidak mengambil untung di luar yang sudah semestinya. PNS dilarang meminta pungli, wartawan dilarang meminta uang pada narasumber, polisi dilarang mengambil tip saat tilang. Larangan-larangan yang meminta kita agar tidak memakan uang "haram", meski terkadang definisi haram juga agak buram. Wartawan dilarang terima amplop. Bukan hanya wartawan sebenarnya, semua pekerjaan dilarang terima amplop "yang tidak semestinya". Lagi-lagi yang tidak semestinya itu juga sering kali sangat relatif. Saya tidak akan mengomentari profesi lain, takut akan dekat pada perbuatan ghibah dan nyinyir. Ada baiknya saya mengomentari pekerjaan saya saja. Otokritik, kata orang-orang yang suka pakai bahasa susah. Wartawan dilarang menerima amplop karena dikhawatirkan dapat mempengaruhi pemberitaan. Berita yang seharusnya baik bisa jadi jelek dan yang jelek jadi baik. Mungkin itu kekhawa

sepotong ingatan, separuhnya lupa

Ada hal-hal yang tak terjabarkan seperti perkara-perkara hati lalu cinta yang sulit dimengerti Pada bola mata dan lesung di pipi Pada gubuk di tepian jurang dan merah-kuning perahu nelayan Pada sepotong gambar kita yang tercuri Sepotong ingatan separuhnya lupa. Cangkir cokelat hangat pertama yang lekat pada pengecap. air mata yang menghadang lautan, peluk ombak pada karang, dan rindu yang tenggelam. Kau masih dibaca layar dan aku menebak-nebak pikiran, mengira-ira rasa. Apakah kau tahu cinta berjaga di tempat-tempat tak kasat mata? seperti rindu menggelayuti embun daun-daun kemangi yang kuselami sampai lelah hati. ciwidey, 9 maret 2012 10.38 pm

dahaga pada hal-hal tak tercerna

aku ingin bersajak hujan namun jalanan masih kering                 tanpa embun atau uap air. hanya telapak menerpa udara, tak lagi ada decit karet melintas aspal hening geram kucing kawin, hilang pula ckckck cicak pada langit-langit. aku ingin bersajak diam yang melahap bingar bersajak terang                 yang terhapus remang pada ranjang masih melindap bayangmu dalam lipatan rindu yang usang dan pucat pasi                 yang memuntahkan imaji soal sakit dan waktu-waktu menunggu mati. setelah tua, berapa banyak yang menyimpan rindu baik-baik dalam dompetnya?

tentang rindu

Aku pernah berjanji padamu, kan mengirimu rindunya rindu. Bukan rindu yang mengaru biru, bukan rindu yang lugu. Rindu ini tak semu, rindu yang kubungkus dengan kertas biru. Kemarin dulu, sudah siap rindu itu. Kuhias dengan pita ungu di atas kertas pembungkus biru. Rindu yang tak kunjung kau gugu. Kini sekotak rindu itu telah berdebu. Rindu yang tak ingin kau tahu. Rindu yang menunggu. Aku tak tahu apa yang dipikirmu. Namun, sekotak rindu masih di situ. Menunggu jemarimu mengusap debu, melengkapinya dengan selembar rindu yang usang dan termakan waktu.

Java Jazz 2012, Friday

Image
Watch list saya hari adalah: Maliq & D'Essentials Godbless Depapepe Trisum Balawan Bifan Duo The Manhattan Transfer Sruti Respati Quincy Jones presents : Alfredo Rodriguez Trio Tentu ga semuanya bisa ditonton dari awal sampai akhir. Saya datang ketika Maliq sudah memainkan beberapa lagu. Maliq sore itu tak semenarik kebab sapi dalam genggaman. Lapar dan hujan adalah perpaduan ciamik bagi kebab hangat. Hanya dua lagu yang mempu menahan saya. Godbless Godbless lebih menarik. Saya tak begitu kenal Godbless. Namun selalu seru melihat om-om yang seumuran atau bahkan lebih tua dari Ayah, jejingkrakan di atas panggung. Meski begitu, penampilan panggung mereka tetap meriah. Ahmad Albar yang menumpangkan kaki ke monitor, lalu bergerak ke kana-kiri, tak kalah lah saya rasa jika dibandingkan dengan... mmm... dengan siapa ya. Lama saya tak menonton band. Ian Antono juga ciamik. Saya buta nada dan tak mengerti musik. Yang saya tahu penampilan mereka asik. Apalagi