Soal ayah dan masalah-masalah
Saat ayah masih ada, tidak pernah ada masalah yang cukup besar. Mungkin masalah-masalah itu takut pada ayah atau mungkin ayah membuatnya menjadi kecil. Sebagai anak ayah, seharusnya aku memiliki sikap tersebut. Sayangnya tidak. Atau mungkin belum. Masalah-masalah sepele sering kali tampak menggelembung dan membuat raut wajah yang masam. Tak sedap dipandang. Reaksi berlebihan tidak hanya terjadi sekali-dua. Ayah, harusnya kau jangan mati dulu, setidaknya sampai aku tahu bagaimana menghidupi hidup. Rapalku semalaman sembari jemari kanan terus merusak kutikula telunjuk kiri. Setidaknya kegiatan ini menunjukan ada yang diturunkan ayah kepadaku, meski bukan kegiatan yang baik. Adikku yang satu ini, tengah berjuang untuk lulus dari sekolah ketiganya. Kita memang hanya punya 3 tahun masa bersekolah di SMA. Maka adikku ini menggenapinya menjadi 3 sekolah pula. Tentu kepindahan bukan karena alasan yang cukup baik. Aku terus meratap. Jika ayah ada, tentu ini bukan tanggung jawabku. Namu