Berhentilah menggenggam jemariku

Jarum jam saling bertindihan di angka 1. Tengah malam. Baiklah, entah satu atau dua, aku sedang tak berkaca mata, dan kepalaku berat, penuh lindapan alkohol semalam. Mungkin bukan alkohol yang membuatnya berat. Itu lindap bayangmu dalam kerangka yang kukira cinta.

Saat jarum bertindihan di angka yang sama, dalam ribuan kilometer lalu, aku masih memelukmu. Tentu tidak dalam kerangka yang kukira cinta. Hanya kebetulan semata, semacam simbiosis mutualisme. Dan itu lebih melegakan.

Aku hanya ingin cinta yang sederhana.
Tanpa strategi, tanpa taktik, tanpa usaha-usaha manipulatif.

Aku hanya ingin mengatakan aku menyukaimu, semudah itu. Aku tak perlu, tak harus, membuatmu jatuh cinta padaku. Aku ingin cinta yang begitu mudah, semudah mengatakan aku suka padamu. Pun tak berbalas, yang penting aku sudah mencobanya. Jika kau tak menyukaiku, aku masih memiliki kesempatan pada 100 juta pria lain di Indonesia, atau sekitar 500 juta pria di dunia.

Mengapa tak semudah itu?

Seorang teman menceramahiku, di antara cokelat dan alkohol yang kusesap, serta kepulan asap rokok mint yang mengaliri rongga hidungku. Katanya, jika aku ingin segalanya sederhana, aku akan selalu mendapatkan yang sederhana. Terdengar menyenangkan.

Sampai dia menambahkan, semakin sederhana cara mendapatkamu, maka akan semakin sederhana untuk meninggalkanmu. Artinya, pria-pria ini akan datang dan pergi karena semua terlalu sederhana.

Mengapa cinta tak bisa semudah seks?
Semudah pertukaran lendir dalam simbiosis mutualisme. Tanpa politik tanpa taktik, tanpa strategi. Lakukan saja, lalu kau kembali ke hidupmu dan ia pergi dalam hidupnya. Lakukan saat ingin kau lakukan, lakukan saat pertner yang kau ingin juga ingin melakukannya. Lalu 30 menit kemudian, atau mungkin 11 menit, semuanya usai. Tanpa bayangan masa depan, tanpa bergandengan tangan, tanpa rangkulan di bioskop. Tanpa patah hati.

Aku ingin cinta sederhana. Semudah ciumanmu dan saat aku membalasnya.

Namun temanku berkata, cinta sederhana yang aku damba hanya ada 1 dalam 10.000. Artinya aku masih punya 50.000 kesempatan dari kemungkinan percintaan dengan 500 juta pria di dunia ini.

Ah, aku hanya ingin satu ciuman ringan lagi di bibirmu, dan berhentilah menggenggam jemariku.

Comments

Popular posts from this blog

Mimpi

Ustad yang berfikir dengan penisnya

Takut