sajak taman II: seikat bajang-bajang
kau suka main adu bajang-bajang, tapi kau kesal, tak suka bajang-bajang menempel pada kaus kaki putih yg kau pakai ke sekolah.
Kau begitu kesal pada bajang-bajang, kau ingin habisi mereka semua, agar tak ada lagi bajang-bajang di seluruh dunia. Toh juga tak akan ada yg merasa kehilangan bajang-bajang.
Mungkin kau akan sediakan sedikit bajang-bajang, untuk bermain adu bajang-bajang. Seolah mati-hidup bajang-bajang adalah hak mu seorang.
Kau lupa kalau bajang-bajang juga bernyawa. Bajang-bajang bersetia pada nyawanya, lebih dari yang kau kira. Kau sabit, bajang-bajang kan tumbuh menjadi se(R)ikat bajang-bajang lain
Bajang-bajang itu tak akan pernah seindah mawar, tak seharum melati. Tapi bajang-bajang juga tak akan seangkuh mawar dan selemah melati.
Bajang-bajang tak akan meradang saat kemarau datang. Mereka diam-diam tumbuh di bawah tanah yang kau pijak, di sekeliling mawar yg kekeringan.
Lalu bajang-bajang kan kembali saat hujan datang, menyeruak saat kabut melapis tanah, membasuh sabit yg masih memantulkan urat lehermu.
Kau begitu kesal pada bajang-bajang, kau ingin habisi mereka semua, agar tak ada lagi bajang-bajang di seluruh dunia. Toh juga tak akan ada yg merasa kehilangan bajang-bajang.
Mungkin kau akan sediakan sedikit bajang-bajang, untuk bermain adu bajang-bajang. Seolah mati-hidup bajang-bajang adalah hak mu seorang.
Kau lupa kalau bajang-bajang juga bernyawa. Bajang-bajang bersetia pada nyawanya, lebih dari yang kau kira. Kau sabit, bajang-bajang kan tumbuh menjadi se(R)ikat bajang-bajang lain
Bajang-bajang itu tak akan pernah seindah mawar, tak seharum melati. Tapi bajang-bajang juga tak akan seangkuh mawar dan selemah melati.
Bajang-bajang tak akan meradang saat kemarau datang. Mereka diam-diam tumbuh di bawah tanah yang kau pijak, di sekeliling mawar yg kekeringan.
Lalu bajang-bajang kan kembali saat hujan datang, menyeruak saat kabut melapis tanah, membasuh sabit yg masih memantulkan urat lehermu.
Comments
Post a Comment