manusia tak makan cinta
Kutemukan se(R)ikat kata kata mencari peraji,
lalu putik minta dihamili.
Daun pintu pun bertalu-talu diketuk dedalu,
benang sari hanya berlalu.
Tak kunjung lahir segenggam kata,
tersangkut pada kedutan mata,
pada lelaku dan mantra usang,
pada tuan tanah yang sembunyikan anak gadisnya.
Bagi tuan tanah,
anak gadis hanyalah salah satu harta,
yang kan dikawinkan dan hasilkan kuasa lainnya.
Bagi mereka yang berbagi lahan dengan tungau di samping rel kereta,
Anak gadis adalah satu-satunya harta,
disayang-sayang guna menghasilkan uang,
disundut puntung yang membara
untuk pelampiasan derita orang tua.
Anak gadis satu-satunya harta yang kan dijual saat perut keroncongan.
Kau yg menatapi anak gadis itu,
--keduanya--
sebaiknya juga meratapi kantongmu.
Seberapa yg bisa kau hasilkan agar dapat membeli hari-hari?
Tak perlu begitu banyak hari,
cukup satu hari,
hari yang dapat menggiring seluruh sisa hari.
Jika tak ada gemerincing itu
kembalilah pada cangkulmu,
pada aritmu,
pada kuburan mimpi-mimpimu.
Kuberi satu nasihat: Manusia tak makan cinta belakang ini.
Comments
Post a Comment