Jakarta dan cinta sebelah hati*
Ada hal-hal kecil soal Jakarta yang membuat saya merasa romantis. Ini semua hanya hal-hal kecil, semacam kebahagian sederhana yang tiba-tiba menyeruak saat tubuh sudah minta dibasuh karena lengket keringat padahal macet masih menghadang, tetapi kita tak lagi kesal, karena hati penuh dengan kebahagiaan-kebahagiaan kecil itu. Hal-hal kecil ini, begitu kecil dan begitu sederhana. Kita tak pernah tahu dia akan muncul dari mana. Kebahagiaan sederhana ini bisa berasal dari pemain saxophone yang saya temui jika menyebrangi jembatan dukuh atas sebelum jam 8 malam. Agak berlebihan, tetapi begitu segar mendengar saxophone di tengah ingar kemacetan, di tengah gemuruh klakson di bawah sana. Dan tiba-tiba saya jatuh cinta pada imajinasi saya mengenai si pemain saxophone yang menyeruak dalam otak kecil saya. Kebahagiaan sederhana ini adalah mural bercampur vandal di kolong jembatan landmark. Waktu-waktu tertentu mereka dihapus, tetapi kembali muncul di saat kita tak pernah sangka. Entah mural