Jogja (bukan) milik saya seorang
Pagi ini, secara menakjubkan, tiba-tiba saya merasakan kerinduan yang membuncah pada Jogjakarta. Yang saat itu terpikirkan adalah mengirimkan sebaris pesan singkat pada seorang teman, yang meski juga bukan berasal dari Jogja, tetapi kami menghabiskan tahun-tahun yang tak tergantikan di sana: “mas Kul, kangen jgj :D”. Serta merta teman menjawab: “haduh, klo ak dah lama kngn jgja.ga tau kpn bs k sn.” Tiba-tiba saya merasa geli, membayangkan ada puluhan, mungkin ratusan, atau ribuan orang lain di Jakarta, sebagian saya kenal, sebagian lagi asing, sisanya mungkin akan bertemu di ruang dan waktu yang tak saya tahu. Lalu dari keseluruhan orang-orang itu, kami, terikat pada seuntai benang merah yang sama: kerinduan pada Jogja. Menurut teman yang membalas pesan singkat itu, rasanya seperti berangkat merantau dari kampung halaman yang sama–meski saya dan teman tidaklah berasal dari jogja, juga tidak pandai berbahasa Jawa. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar kampung halaman di Jogja. Terle